Senin, 22 Oktober 2012

FASOBRUN JAMIL (BERSABAR ITU INDAH)

Seringkali hidup terasa sangat berat dan terasa sangat sulit. Usaha maksimal sudah dilakukan. Doa khusuk senantiasa dipanjatkan. Namun cobaan dan kesulitan hidup tidak kunjung hilang. Malah semakin datang silih berganti laksana ombak di tepi pantai yang hempasan gelombangnya tidak pernah berhenti.

Dalam kondisi seperti itu tiada upaya yang bisa dilakukan kecuali hanya bisa bersabar dan berpikir positif terhadap cobaan yang menimpa kita. Bersabar merupakan usaha terakhir yang harus dilakukan sebagai hamba Allah yang beriman ketika menemui ketetapan Allah tidak sesuai dengan harapan. Selain itu, sambil lalu kita harus tetap berikhtiar, mencari-cari celah penyelesaian dari konflik yang seolah tak berujung.

Fasobrun Jamil, artinya sabar itu indah. Sabar merupakan bunga-bunga keimanan. Semakin bersabar semakin indah.

Untuk bisa bersabar dengan benar perlu pemahaman yang benar mengenai cobaan dan musibah. Kita dapat mempelajarinya dari Al Quran dan Al Hadis.

Pemahaman yang benar mengenai musibah, adalah dengan meyakini bahwa segala sesuatunya terjadi atas Izin Allah.

Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Yunus:107)

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah:155)

Allah tidak pernah menzalimi hambaNYA, tetapi hambaNYA itulah yang seringkali menzalimi dirinya sendiri.

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang membakar.(Azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imron: 181 - 182)

Sesungguhnya Allah tidaklah berbuat zalim walau seberat semut yang kecil.” (An-Nisa: 40)

Dalam hadits qudsi, Allah berfirman: “Wahai hamba-hamba-Ku sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku…” (HR. Muslim)

Setiap orang yang beriman akan diberi cobaan untuk menguji kadar keimanannya. Selayaknya emas yang perlu disepuh agar semakin tinggi kadar kemurniannya.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al Baqarah:214)

Semakin besar cobaan yang menimpa kita, terdapat potensi pahala yang besar pula apabila kita bersabar dalam menghadapinya dan tetap tegar untuk bisa memperjuangkan kebaikan. Cobaan yang diberikan Allah adalah bentuk cinta Allah kepada kita agar kita bisa meningkatkan derajat diri kita di sisi-Nya. Seperti halnya ujian naik kelas. Apabila kita lulus, maka kita akan naik kelasnya.

“Sesungguhnya pahala yang besar itu, bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka murka pula yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah [146]).

Kesabaran akan semakin membuat kita sebagai orang atau kaum yang kuat dan tangguh. Sebagai gambaran, dalam periode dakwah Nabi Muhammad yang selama 23 tahun, kita tahu bahwa awalnya Beliau berdakwah di Mekkah (periode Mekah)selama 13 tahun. Selama 13 tahun ini beliau dan para sahabat mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi hingga kemudian secara terang-terangan. Selama berdakwah di Mekkah ini beliau dan para sahabat mendapat penolakan dan bahkan penganiayaan serta siksaan.

Baru kemudian ketika hijrah ke Madinah, kamu muslimin mendapat kekuatan sedikit demi sedikit. Lalu akhirnya kekuatan pun dimiliki dan mampu membela diri walaupun dengan angkatan perang dan persenjataan yang terbatas. Pada akhirnya Mekkah berhasil ditaklukkan. Kekuasaan Islam pun semakin meluas dan menjadi pelita bagi peradaban manusia yang sebelumnya berada dalam periode jahiliyah atau dark age. Begitulah keindahan bersabar dalam memperjuangkan kebaikan.

Disebutkan bahwa kekuatan seorang yang sabar adalah setara dengan 100 orang musuh.

Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. (QS. Al Anfaal:65)

Allah telah menjanjikan bahwa orang yang sabar pada akhirnya akan menang. Jadi, kita tidak boleh berputus harapan.

Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (QS. Ar Ra’du:22)

Orang-orang yang sabar akan memiliki sifat-sifat kebaikan. Mereka yang sabar akan memiliki keberuntungan yang besar di dunia dan akhirat.

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (QS. Fushilat:35)

“Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin itu. Semua urusannya baik baginya. Hal itu hanya dimiliki orang yang beriman. Jika dia memperoleh nikmat, dia bersyukur dan itu baik baginya. Jika ditimpa kesulitan, dia bersabar dan itu baik baginya.”(HR. Muslim)

Setiap kesulitan hidup yang kita alami merupakan penghapus dosa bagi mereka yang bersabar. Selain itu ada hikmah yang bisa dipetik.

"Tak seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian, kesabaran merupakan suatu bentuk komponen keimanan kita kepada Allah. Setiap orang yang beriman haruslah menerima ketentuan Allah mengenai adanya cobaan dan musibah yang akan menimpa setiap manusia.

Allah berfirman dalam hadits Qudsi : ”Akulah Allah, tiada Tuhan melainkan Aku. Siapa saja yang tidak sabar menerima cobaan dari-Ku, tidak bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak ridha dengan ketentuan-Ku, maka bertuhanlah kepada Tuhan selain Aku.” (hadist ini diriwatkan oleh al-Thabrani dalam Al-Mu’jam al-Kabir melalui jalur Abu Hind al-Dari)

Jumat, 19 Oktober 2012

KAPAL KEHIDUPAN


Mengarungi kehidupan adalah seperti berlayar mengarungi lautan yang luas menuju suatu pulau impian. Kapal adalah diri kita, lautan adalah dunia dan segala pernak-perniknya, sedangkan pulau impian yang kita tuju adalah surga yang dijanjikan oleh Allah.

Dalam berlayar tentu dibutuhkan kemampuan navigasi yang baik. Kita bisa meningkatkan ilmu navigasi kita dengan mempelajari manual book navigasi kehidupan, yaitu Al Quran dan Sunnah Rasulullah. Mereka yang tidak taat pada manual book ini tentu akan tersesat dan tidak mampu mencapai tanah impian. Bahkan bisa saja kapalnya karam di tengah perjalanan, ditelan badai dan ombak yang ditemuinya selama pelayaran atau menabrak kapal lainnya.

Kita harus pandai-pandai membaca karakteristik lautan dimana kita berlayar. Lautan adalah dunia, dimana merupakan sarana untuk menuju tanah impian kita. Kita perlu tahu besar ombaknya, besar arusnya, dan juga perkiraan kedalamannya. Kita juga perlu tahu kondisi anginnya, rawan badai atau tidak, dan juga kadungan lautan tersebut apakah banyak ikannya, banyak hiunya, atau banyak mutiaranya.

Apabila kita tidak pandai membaca karakteristik lautan dimana kita berlayar, maka kapal kita terancam menemui kesulitan. Kita bisa kelebihan muatan karena terlalu tamak mengangkut kandungan laut, atau malah bisa berbuat bodoh dengan memasukkan air laut ke dalam kapal kita. Sekali lagi, kemampuan untuk membaca karakteristik lautan dapat diperoleh juga dengan mempelajari ilmu navigasi.

Dengan demikian, apabila kita ingin sampai tempat tujuan dengan selamat, kita harus pelajari dan amalkan kitab navigasi kehidupan, Al Quran dan As Sunnah.

Minggu, 24 Juni 2012

KISAH LUKMANUL HAKIM DAN ANAKNYA

Ada sebuah kisah mengenai kisah Lukmanul Hakim dan anaknya yang pernah saya dengar. Kurang lebih seperti berikut ini ceritanya:

Suatu hari Lukamnul Hakim yang sudah tua melakukan perjalanan beserta anaknya yang masih bocah, serta seekor keledai kurus yang menjadi tunggangan mereka secara bergantian. Mereka hendak menuju suatu tempat yang sangat jauh dari kampung halaman, dan harus melalui beberapa kota besar.

Suatu ketika rombongan tiga mahluk ini sampailah pada sebuah pasar yang sangat ramai. Pada Saat itu, Lukman sedang menunggangi keledai, sedangkan si Anak menuntun keledai itu menyusuri keramaian pasar. Sayup-sayup terdengarlah komentar-komentar dari orang-orang pasar mengenai rombongan ini.

“Pak Tua itu tega sekali, anaknya yang masih kecil disuruh jalan, sedangkan dia sendiri menunggangi keledai yang sudah kurus itu”.

“Masak anak kecil disuruh jalan, sementara orang tuanya berleha-leha di atas keledai?!”

Komentar-komentar tidak bertanggung jawab ini sambung menyambung ala komunitas pasar. Lama-lama semakin tidak mengenakkan juga di telinga Lukman beserta anaknya itu. Belum lagi dengan sejumlah orag pasar yang memandangi mereka dengan sinis. Tidak tahan dengan omongan orang-orang pasar, Lukman berkata kepada anaknya, “Nak, Ayah turun ya, biar kamu saja yang menunggangi keledai!”

Si anak yang masih bocah, manggut-manggut dengan polos, menuruti perintah ayahanda yang sangat dicintainya. Maka seketika itu, berubahlah formasi rombongan. Si Anak menunggangi keledai, sedangkan Lukman menuntun keledai itu, melanjutkan perjalanan menyusuri keramaian pasar.

Tidak lama berselang, komentar-komentar dari orang-orang pasar kembali muncul.
“Wah, Anak kecil itu sungguh tidak berbakti, masak bapak setua itu disuruh jalan”
“Mau jadi apa kalo besar nanti anak itu?”
“Anak kecil itu apa tidak kasihan pada orang tuanya yang sudah lanjut usia?”
“Bapak tua itu kok terlalu memanjakan anaknya”

Semakin bermacam-macam komentar-komentar orang pasar. Ada yang terdengar sayup-sayup, ada juga yang tanpa sopan santun menghardik. Semakin banyak pula orang-orang sekitar yang termakan dengan komentar orang pasar dan akhirnya menyerang rombongan tak berdosa itu dengan pandangan yang sangat sinis.

"Baiklah nak, barangkali sebaiknya ayah juga naik keledainya, ya"

Lukman pun naik ke pundak keledai, berbagi dengan anaknya. si Keledai meringkik, hendak berteriak karena beban berat yang diembannya. Namun apa mau dikata, diapun tidak bisa protes. Maka berlanjutlah perjalanan si keledai malang itu dengan dua penunggang di pundaknya.

Melihat hal ini, orang-orang pasar kembali berkomentar,
"Wah, kasihan sekali keledainya ya, sudah kurus masih saja ditunggangi"
"Raja tega!"
"Duh, bagaimana sih Pak Tua dan bocah ini? kejam sekali sama keledai yang sudah kurus kerempeng itu"

Mendangar komentar masyarakat yang masih saja sinis, Lukman dan anaknya yang tidak berdosa semakin tidak tahu harus berbuat apa lagi. Beruntung si keledai karena tidak mengerti bahasa manusia. Telinga Lukman semakin panas. Matanya juga tambah panas karena diserang secara kejam dengan pandangan-pandangan tajam yang menusuk sampai ke dada.

“Sudah Nak, kita bersabar aja ya" lanjut dia, "nah sekarang Anak turun dulu dari keledai, ya!”

Ketika si Anak sudah turun dari keledai, maka Lukman pun mengangkat si keledai seperti mengangkat sebuah hewan buruan. Dia menggendong keledai itu. Keledai kurus yang sudah sangat jinak itu pun seperti pasrah saja pada tuannya. Tangan kanan Lukman mendekap keledai agar tidak berubah posisi di bahunya.

Setelah posisi keledai itu pakem, lalu Lukman menggandeng tangan si anak dengan tangan kirinya, menyusuri kembali keramaian pasar yang seolah-olah tidak ada ujungnya itu. Kali ini Lukman bersikap cuek-cuek aja dan berjalan dengan percaya diri. Maka formasi rombongan yang aneh inipun menjadi bahan tertawaan orang-orang pasar.

“Wah..wah..wah…Bapak dan Anak ini sepertinya sudah gila, masak keledai digendong?!”
“Rombongan yang aneh”

Ya begitulah kalo menuruti kemauan orang-orang kebanyakan yang tidak berilmu. Bisanya mereka hanya berkomentar ngalor-ngidul, tidak karuan, sekehendak hatinya. Dijamin, di mata mereka, kita tidak akan pernah tampak benar, salah terus.

Berbeda halnya dengan Lukmanul Hakim yang merupakan hamba Allah yang sholeh dan berilmu serta diabadikan sebagai nama surat dalam Al Quran, Surat Lukman. Dalam surat Lukman, terdapat beberapa catatan mengenai pesan Lukman kepada anaknya(QS. Luqman: 13-19)"

“13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

16. (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Wasiat-wasiat Luqman lainnya:
Selain dalam ayat al-Qur’an, Luqman juga mempunyai banyak wasiat. Wahab bin Munabbih pernah menuturkan: “Saya membaca hikmah Luqman yang jumlahnya lebih dari 10 ribu bab”.

Dalam bukunya Min Washaya al-Qur’an al-Karim (1/31-33), Muhammad al-Anwar Ahmad Baltagi, mengutip sebuah riwayat dari Malik bin Anas bahwasannya Luqman pernah menasehati putranya di bawah ini:

01 - Hai anakku: ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam ke dalamnya. Bila engkau ingin selamat, layarilah lautan itu dengan sampan yang bernama takwa, isinya adalah iman dan layarnya adalah tawakal kepada Allah.

02 - Orang - orang yang sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya akan mendapat penjagaan dari Allah. Orang yang insaf dan sadar setelah menerima nasihat orang lain, dia akan sentiasa menerima kemulian dari Allah juga.

03 - Hai anakku; orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadat dan taat kepada Allah, maka dia tawadduk kepada Allah, dia akan lebih dekat kepada Allah dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepadaNya.

04 - Hai anakku; seandainya ibubapamu marah kepadamu kerana kesilapan yang dilakukanmu, maka marahnya ibubapamu adalah bagaikan baja bagi tanam tanaman.

05 - Jauhkan dirimu dari berhutang, kerana sesungguhnya berhutang itu boleh menjadikan dirimu hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.

06 - Dan Berharaplah selalu kepada Allah tentang sesuatu yang menyebabkan untuk tidak mendurhakaiNya. Takutlah kepada Allah dengan sebenar benar takut ( takwa ), tentulah engkau akan terlepas dari sifat berputus asa dari rahmat Allah.

07 - Hai anakku; seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya karena tidak dipercayai orang dan seorang yang telah rusak akhlaknya akan sentiasa banyak melamun hal-hal yang tidak benar. Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih
mudah daripada memberi pengertian kepada orang yang tidak mahu mengerti.

08 - Hai anakku; engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang amat berat, tetapi akan lebih lagi dari semua itu, yaitu manakala engkau mempunyai tetangga (jiran) yang jahat.

09 - Hai anakku; janganlah engkau mengirimkan orang yang bodoh sebagai utusan. Maka bila tidak ada orang yang cerdik, sebaiknya dirimulah saja yang layak menjadi utusan.

10 - Jauhilah bersifat dusta, sebab dusta itu mudah dilakukan, bagaikan memakan daging burung, padahal sedikit sahaja berdusta itu telah memberikan akibat yang berbahaya.

11 - Hai anakku; bila engkau mempunyai dua pilihan, takziah orang mati atau menghadiri majlis perkawinan, pilihlah untuk menziarahi orang mati, sebab hal itu akan mengingatkanmu kepada kampung akhirat sedangkan menghadiri pesta perkawinan hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi sahaja.

12 - Janganlah engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, kerana sesungguhnya makan yang terlalu kenyang itu alangkah lebih baik apabila diberikan kepada binatang sekalipun.

13 - Hai anakku; janganlah engkau langsung menelan sahaja kerana manisnya barang dan janganlah langsung memuntahkan saja pahitnya sesuatu barang itu, kerana manis belum tentu menimbulkan kesegaran dan pahit itu belum tentu menimbulkan kesengsaraan.

14 - Makanlah makananmu bersama sama dengan orang orang yang takwa dan musyawarahlah urusanmu dengan para alim ulama dengan cara meminta nasihat dari
mereka.

15 - Hai anakku; bukanlah satu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari ilmu tetapi engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubah bagaikan orang yang mencari kayu bakar, maka setelah banyak ia tidak mampu memikulnya, padahal ia masih
ingin terus menambahkannya.

16 - Hai anakku; bilamana engkau mahu mencari kawan sejati, maka ujilah terlebih dahulu dengan berpura pura membuat dia marah. Bilamana dalam kemarahan itu
dia masih berusaha menginsafkan kamu,maka bolehlah engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka berhati hatilah.

17 - Selalulah baik tuturkata dan halus budibahasamu serta manis wajahmu, dengan demikian engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang pernah memberikan barang yang berharga.

18 - Hai anakku; bila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yang tidak mengharapkan sesuatu daripadanya. Namun biarkanlah dia yang mengharapkan sesuatu darimu.

19 - Jadikanlah dirimu dalam segala tingkah laku sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian atau mengharap sanjungan orang lain kerana itu adalah sifat riya~ yang akan mendatangkan cela pada dirimu.

20 - Hai anakku; janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu disusahkan olah dunia kerana engkau diciptakan Allah bukanlah untuk
dunia sahaja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada orang yang terpedaya dengan dunianya.

21 - Hai anakku; usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata kata yang busuk dan kotor serta kasar, kerana engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, usahakanlah agar bicaramu mendatangkan manfaat bagi orang lain.

22 - Hai anakku; janganlah engkau mudah ketawa kalau bukan kerana sesuatu yang menggelikan, janganlah engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti, janganlah
engkau bertanya sesuatu yang tidak ada guna bagimu, janganlah menyia-nyiakan hartamu.

23 - Barang sesiapa yang penyayang tentu akan disayangi, siapa yang pendiam akan selamat daripada berkata yang mengandung racun, dan siapa yang tidak dapat menahan lidahnya dari berkata kotor tentu akan menyesal.

24 - Hai anakku; bergaullah rapat dengan orang yang alim lagi berilmu. Perhatikanlah kata nasihatnya karena sesungguhnya hati akan tentram mendengarkan nasihatnya, sehingga hati ini akan hidup dengan cahaya hikmah dari mutiara kata-katanya sebagaimana tanah subur yang disirami air hujan.

25 - Hai anakku; ambillah harta dunia sekadar keperluanmu sahaja, dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk bekalan akhiratmu. Jangan engkau tendang dunia ini ke keranjang atau bakul sampah kerana nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain. Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia ini serta meneguk habis airnya kerana sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka. Janganlah engkau berteman dengan orang yang bermuka dua, karena kelak akan membinasakan dirimu.


Wawwahu a'lam bis showab

Diambil dari berbagai referensi:
Salah satunya tulisan ust Aep Saipullah, dalam http://umisulaiman.blogspot.com/2009/04/makam-lukmanul-hakim.html