Kata fitnah berasal dari kata ‘Fatana’, yang berarti api yang digunakan untuk menguji keaslian emas. Dengan demikian, fitnah di sini bisa diartikan sebagai proses untuk mengetahui mana yang asli dan mana yang palsu. Inilah hikmah dari fitnah yaitu untuk menguji keimanan manusia. Seperti dapat dilihat pada QS Al ’Ankabut ayat 2:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:” Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”.
Semakin mendekati akhir zaman, fitnah yang terjadi di dunia akan semakin banyak, sesuai dengan sabda Rasulullah berikut:
Sesungguhnya sebelum terjadinya hari kiamat akan timbul berbagai fitnah bagaikan sepotong malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seseorang masih beriman, tetapi pada pagi harinya telah menjadi kafir. Pada saat itu orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada berlari. Karena itu pecahkanlah kekerasanmu, potonglah tali busurmu, dan pukulkanlah pedangmu ke batu (yakni jangan kamu gunakan untuk memukul atau membunuh manusia - Penj.). Jika salah seorang di antara kamu terlibat dalam urusan (fitnah) itu, maka hendaklah ia bersikap seperti sikap terbaik dari dua orang putra Adam (yakni bersikap seperti Habil, jangan seperti Qabil).” (Musnad Ahmad 4:408; Aunul Ma’bad Syarah Sunan Abu Daud 11: 337; Sunan Ibnu Majah 2:1310; dan Mustadrak Al-Hakim 4:440. Dan hadits ini juga dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir 2:193, hadits nomor 2045).
Fitnah ini terdiri dari dua macam. Ibnu Qayim Al Jauziyyah rahimahullah berkata dalam bukunya Ighatsatul Lahafan:
"Fitnah itu dua macam: fitnah syubhat dan fitnah syahwat. Fitnah syubhat lebih besar bahayanya dari yang kedua. Maka fitnah syubhat ini terjadi disebabkan lemahnya bashirah dan sedikitnya ilmu."
FITNAH SYUBHAT
Fitnah syubhat bisa diartikan menjadi samarnya antara yang benar dan yang salah. Yang halal dan yang haram, yang sunnah dan yang bid'ah, yang haq dan yang bathil, tidak bisa dibedakan. Hal ini dikarenakan manusia tidak lagi berpegang teguh pada Al Quran dan Al Hadis. Manusia lebih mengutamakan menggunakan akalnya atau lebih mengutamakan menggunakan perasaan dan hawa nafsunya dalam menilai sesuatu. Bisa juga fitnah ini muncul karena adanya orang-orang yang memalingkan arti dari Al-Qur'an, atau karena adanya sejumlah orang mengaku menggunakan dalil hadis padahal hadis tersebut palsu.
Produk dari fitnah syubhat ini adalah kekufuran, kesesatan, kemunafikan, dan pengagungan terhadap bid'ah-bid'ah.
FITNAH SYAHWAT
Fitnah syahwat adalah bencana atau kerusakan yang terjadi karena manusia mengikuti apa-apa yang disenangi oleh hawa nafsu yang keluar dari batasan syari’at. Semua pernak-pernik dan kesenangan dunia, apabila tidak kita kelola dengan baik dalam kerangka syariat, sesuai tuntunan Allah dan Rasulullah, maka semua itu akan dapat menimbulkan fitnah syahwat. Bisa berupa harta benda, tahta, wanita, anak-anak, popularitas, gengsi, kemuliaan, dan lain sebagainya.
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). [Ali Imran :14]
Fitnah syahwat yang paling berbahaya adalah fitnah wanita.
Dari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita”(HR Muslim).
Banyak sekali bentuk fitnah wanita, jika wanita itu istri maka banyak para istri dapat memalingkan suaminya dari ibadah, dakwah dan amal shalih yang prioritas lainnya. Jika wanita itu wanita selain istrinya, maka fitnah dapat berbentuk perselingkuhan dan perzinahan. Fitnah yang berupa wanita, demikian berpotensinya untuk menyebabkan fitnah yang besar. Rasulullah pun berpesan:
” Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum lelaki melebihi fitnah wanita” (HR Bukhari dan Muslim)
Anggota keluarga kita, apabila tidak kita berikan kepada mereka didikan yang baik, maka bisa saja beberapa diantara mereka akan menjadi fitnah bagi kita.
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. [At Taghaabun: 14-15]
Harta dan tahta juga bisa merupakan sumber fitnah yang dapat membinasakan aqidah.
"Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan atas kamu. Tetapi aku khawatir atas kamu jika dunia dihamparkan atas kamu sebagaimana telah dihamparkan atas orang-orang sebelum kamu, kemudian kamu akan saling berlomba (meraih dunia) sebagaimana mereka saling berlomba (meraih dunia), kemudian dunia itu akan membinasakan kamu, sebagaimana telah membinasakan mereka."
[HR. Bukhari, Muslim]
Tidaklah dua srigala lapar yang dilepas pada seekor kambing lebih merusakkannya daripada ketamakan seseorang terhadap harta dan kehormatan (yang merusakkan) agamanya. [HR. Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Hibban dari Ka’b bin Malik Al-Anshari.]
CARA MENANGKAL FITNAH
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Asal seluruh fitnah (kesesatan) hanyalah dari sebab: mendahulukan fikiran terhadap syara’ (agama) dan mendahulukan hawa nafsu terhadap akal. Mendahulukan fikiran terhadap syara’ adalah asal fitnah syubhat, mendahulukan hawa nafsu terhadap akal adalah asal fitnah syahwat. Fitnah syubhat ditolak dengan keyakinan, adapun fitnah syahwat ditolak dengan kesabaran."
Mengenai hal ini Allah berfirman dalam surat Al 'Ashr:
Demi Masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati supaya mentaati kebenaran, dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran. [Al h'AsHr:1-3]
Agar kita tidak termasuk orang yang merugi karena terjebak dan terjerumus dalam fitnah, maka dari itu salinglah menasehati, dan salinglah ber-amar makruf nahi munkar. Saling menasehati dalam kebenaran harus dilakukan agar setiap orang bisa mengetahui bahwa kebenaran yang paling benar adalah yang bersumber dari Al Quran dan Al Hadis. Selain itu, kita juga harus senantiasa menasehati saudara-saudara kita yang sedang tertimpa fitnah agar mereka selalu senantiasa sabar dan istiqomah.