Dalam tinjauan sosial & budaya, pemahaman kita akan selalu digiring untuk meyakini bahwa agama-agama merupakan produk dari budaya secara lokal & historis. Sehingga, Agama Islam akan selalu dianggap sebagai agama yang secara relatif baru muncul belakangan, dari tanah Arab. Namun demikian, bagaimanakah Islam sendiri memandang sejarah dari agama-agama yang ada di dunia ini?
Dalam persepsi agama Islam, sejak awal penciptaan manusia, sebenarnya itulah titik awal manusia sudah beragama Islam. Dimulai dari manusia pertama dan sekaligus nabi pertama, yakni Nabi Adam 'alaihi sallam beserta istrinya, Siti Hawa. Mereka sudah beragama Islam sejak awal dan diajarkan semua pengetahuan dan kebijaksanaan serta tata cara beribadah ketika masih berada di surga.
Nabi Adam menyembah hanya kepada Allah. Beliau mendapat misi untuk turun ke muka bumi sebagai khalifah atau pengelola bumi dan isinya. Bersama Siti Hawa, beliau memiliki anak dan cucu yang tentunya Beliau didik mereka untuk juga bertauhid atau menyembah hanya kepada Allah.
Jadi sejak awal kemunculan dan penciptaan manusia, sebenarnya mereka beragama Islam, yang dipimpin langsung oleh Nabi sekaligus manusia pertama, Yakni Nabi Adam 'Alaihi Sallam.
Setelah Nabi Adam wafat, kemudian berlalu beberapa generasi, berlalu beberapa zaman, mulai ada penyimpangan-penyimpangan. Yang awalnya manusia menyembah hanya kepada Allah, mulailah mereka dipengaruhi setan-setan agar menyembah lainnya. Menyembah orang-orang soleh yang dikultuskan sebagai dewa-dewi. Menyembah alam dan benda-benda keramat. Lahirlah bentuk pemujaan-pemujaan kepada selain Allah. Muncul banyak berhala yang disembah.
Ada juga yang dipengaruhi oleh pemikiran atau pemahaman sesat, sehingga muncullah konsep-konsep agama baru yang melenceng dari jalan tauhid. Muncul konsep-konsep agama baru berbasis pemikiran akal manusia, yang dicampur-adukkan dengan ajaran tauhid, dan ujung-ujungnya akhirnya menyimpang dari ajaran Tauhid.
Kemudian diutuslah kembali para Nabi dan Rasul untuk meluruskan mereka dan mengembalikan mereka ke jalan agama tauhid, yakni menyembah hanya kepada Allah. Ada yang ikut kepada seruan Nabi & Rasul tersebut, kembali pada ajaran tauhid, ajaran Islam. Tapi ada juga yang justru memusuhi Nabi dan Rasul. Bahkan ada diantara Nabi & Rasul yang diusir dan dibunuh. Lalu terus diutus kembali Nabi & Rasul. Dan begitulah seterusnya.
Disebutkan dalam Hadis yang diriwayatkan dari Abu Dzar : “Aku berkata: wahai Rasulullah, ada berapa jumlah Nabi? Rasulullah menjawab: Nabi ada 120.000 orang. Aku berkata: wahai Rasulullah, ada berapa jumlah Rasul? Rasulullah menjawab: Rasul ada 313 orang, mereka sangat banyak” (HR. Ibnu Hibban no.361, didhaifkan Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam Tahqiq Shahih Ibnu Hibban [2/79]).
Jadi total ada 120 ribu Nabi dan 313 Rasul yang diutus kepada umat manusia, sejak awal penciptaan manusia, Nabi Adam hingga Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Salam sebagai Nabi & sekaligus Rasul penutup. Semua Nabi & Rasul diutus dengan misi untuk mengembalikan manusia pada fitrah asalnya agar menyembah hanya kepada Allah, agar mereka mengikuti jalan Islam, jalan yang lurus, jalannya para Nabi & Rasul. Namun dalam Islam, yang wajib diimani dan diambil hikmah kisahnya hanyalah 25 Nabi & Rasul sebagaimana disebutkan kisah-kisah mereka dalam Al Quran.
Jadi menurut pemahaman agama Islam, agama-agama selain Islam yang muncul, baik sebelum Nabi Muhammad maupun sesudahnya, adalah bentuk penyimpangan dari ajaran agama Islam, agama tauhid, yang dibawa oleh para Nabi & Rasul sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad.
Proses munculnya agama-agama selain agama Islam tersebut, salah satunya sebagaimana disebutkan dalam Hadis yang diriwatkan oleh Ibnu Abbas yang artinya, “Dari Ibnu Abbas RA bahwasanya, berhala-berhala yang dahulu diagungkan oleh kaum Nabi Nuh, di kemudian hari tersebar di bangsa 'Arab. Wadd menjadi berhala untuk kamu Kalb di Daumatul Jandal. Suwa' untuk Bani Hudzail. Yaquts untuk Murad dan Bani Ghuthaif di Jauf tepatnya di Saba`. Adapun Ya'uq adalah untuk Bani Hamdan. Sedangkan Nashr untuk Himyar keluarga Dzul Kala'. Itulah nama-nama orang saleh dari kaum Nabi Nuh. Ketika mereka wafat, setan membisikkan kaum itu untuk mendirikan berhala pada majelis mereka dan menamakannya dengan nama orang-orang saleh itu. Maka mereka pun melakukan hal itu, dan saat itu berhala-berhala itu belum disembah hingga mereka wafat, sesudah itu, setelah ilmu tiada, maka berhala-berhala itu pun disembah," (Lihat Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahihul Bukhari, [Kairo, Dāru Thauqin Najah: 1422 H), juz XII, halaman 261).
Proses munculnya penyembahan berhala di Jazirah Arab sebelum Nabi Muhammad diutus juga berawal dari proses yang sama. Awalnya warga jazirah Arab mengikuti ajaran agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan anaknya, Nabi Ismail. Mereka mendirikan ka'bah. Namun setelah berlalu beberapa generasi, mulai muncul bid'ah.
Terdapat orang-orang dari keturunan Nabi Ismail yang ketika keluar dari Tanah Haram untuk bepergian, mereka membawa batu dari Tanah Haram. Ketika mereka singgah di sebuah tempat, mereka meletakkan batu itu, kemudian bertawaf (mengelilingi) batu tersebut sebagaimana mereka bertawaf di Baitullah Mekkah. Mereka juga berdoa kepada Allah. Saat melanjutkan perjalanan, batu itu terus dibawa serta.
Setelah berlalu beberapa generasi, serta sejalan dengan pergantian zaman, muncullah generasi jahil yang menganggap batu-batu itu adalah tuhan yang mampu mendekatkan mereka kepada Allah Ta’ala Rabb Baitullah Al-Haram. Inilah cikal-bakal penyembahan berhala oleh anak cucu Ismail dari keturunan Adnan.
Sampai pada akhirnya, pada generasi-generasi selanjutnya, ada seorang tokoh yang bernama Amr bin Luhay yang membawa berhala dari Syam ke Mekkah dan menempatkan berhala tersebut di area Ka'bah.
Ibnu Hajar mengutip catatan dari ahli sejarah, Ibnu Ishaq, yang artinya, “Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa sebab penyembahan Amr bin Luhay atas berhala adalah ketika Amr bin Luhay pergi menuju Syam. Saat itu di sana ada Kaum Al-Amalik yang menyembah berhala. Amr bin Luhai pun meminta agar Kaum Amalik memberinya salah satu berhala yang mereka sembah dan membawa berhala tersebut masuk ke Kota Makkah. Amr kemudian mendirikan berhala itu di Ka’bah, berhala itu yang kelak dinamai Hubal,” (Lihat Ibnu Hajar Al-Asyqalani, Fatḥul Bārī Syarḥu Saḥīḥil Bukhari, [Beirut, Darul Fikr: tanpa catatan tahun], juz VI, halaman 547).
Dengan demikian, sebagai seorang muslim haruslah meyakini dengan iman yang kuat, bahwa agama Islam adalah satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah. Agama Islam, adalah agama tauhid, agama yang mengajarkan untuk menyembah hanya kepada Allah semata. Agama ini telah dibawa serta oleh manusia pertama sekaligus nabi pertama, yakni Nabi Adam 'alaihi sallam. Kemudian diserukan ulang oleh para Nabi dan Rasul kepada setiap umat pada setiap zaman, yang total ada 120-an ribu orang nabi & rasul, hingga akhirnya disempurnakan oleh Nabi & sekaligus Rasul penutup, yakni Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Salam. Itulah yang harus diyakini oleh kaum muslimin.
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (Al Quran Surat Ali Imron ayat 19).
Selebihnya, menyikapi agama-agama selain Islam tentunya kita diajarkan harus saling menghormati, saling toleransi, bersikap adil, dan menunjukkan ahlak yang baik, serta mendoakan mereka agar mendapatkan dan menerima hidayah Allah.
Kita bisa menyampaikan satu ayat, dua ayat, satu hadis, dua hadis, semampu kita, sebagai upaya dakwah. Tidak ada paksaan dalam agama Islam. Selebihnya hidayah Allah adalah hak preogratif Allah dan pilihan masing-masing manusia.
Jika Allah menghendaki, bisa saja semua umat manusia dikondisikan menerima semua ajaran Para Nabi & Rasul, sehingga hanya akan ada 1 umat, satu agama yang sama, yakni Islam. Namun demikian, berhubung dunia ini pada hakikatnya adalah ujian bagi manusia, dan manusia diberikan kehendak bebas memilih, maka akan menjadi suatu keniscayaam bagi umat manusia di dunia ini untuk membentuk masyarakat yang hanya memeluk 1 agama yang sama.
وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ
"Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan, (Al Quran Surat Al Maidah ayat 48).
Wallahu A'lam Bish Shawab.