Rabu, 18 Desember 2019

IBU SEBAGAI MADRASAH PERTAMA BAGI ANAK

Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anak-anaknya. Wawasan dan pemahaman agama yang baik dan benar dari seorang Ibu akan menentukan ahlak dan kesolehan/kesolehaan generasi selanjutnya. 

Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap wanita muslimah untuk menuntut ilmu agama selain ilmu-ilmu dunia. Karena itu akan jadi bekal utama dalam mendidik anak-anaknya. 

Seperti halnya generasi awal keIslaman yang dididik oleh Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam dengan ilmu agama yang kuat dan kokoh sehingga mereka menjadi generasi terbaik umat Islam. Dan kemudian akhirnya Allah Subhanallahu wa Ta'ala Meridhoi mereka dengan memberi amanat menjadi khalifah/pemimpin peradaban dunia dan juga menguasai berbagai bidang keilmuan. 

Karenanya kualitas seorang Ibu sebagai pendidik anak-anak akan menentukan kualitas generasi suatu bangsa.

🙏🙏🙏

KARUNIA KESEHATAN

Banyak orang berpikir bahwa karunia dan rezeki itu hanyalah berupa harta, jabtan yang tinggi, gaji yang besar, bisnis yang sukses, dll. Padahal rezeki dan karunia yang paling berharga bagi orang yang beriman adalah keimanan, baru kemudian keselamatan/kesehatan. 

Untuk itu, selama kita telah memiliki keimanan, tidak berbuat syirik, dan juga kita diberikan keselamatan dan kesehatan, maka banyak-banyaklah bersyukur.

Dari Rifa’ah bin Rafi’ berkata, “Abu Bakar Ash-Shiddiq berdiri di atas mimbar lalu menangis. Kemudian ia berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun pertama hijrah berdiri di atas mimbar, lalu menangis, dan bersabda: “Hendaklah kalian memohon kepada Allah ampunan dan keselamatan/kesehatan. Setelah dikaruniai keyakinan (iman), sesungguhnya seorang hamba tidak diberi karunia yang lebih baik daripada keselamatan/kesehatan.” [HR. Tirmidzi no. 3481, Al-Hakim, dan Ibnu Hibban. Dishahihkan oleh Al-Hakim dan Al-Albani].
Yang dimaksud dengan [الْعَافِيَةِ] “afiyah” adalah keselamatan dunia-akhirat, keselamatan dunia yaitu selamat dari penyakit dengan kata lain adalah kesehatan.

Selasa, 17 Desember 2019

JADILAH MUSLIM YANG BIASA-BIASA SAJA?

Banyak orang berkata, "Jangan jadi muslim yang kaku/fanatik/berlebih-lebihan. Jadilah muslim yang biasa-biasa saja."

Lalu jika ditanya balik, seperti apakah Islan yang biasa-biasa saja yang dimaksud tersebut. Pasti jawabannya akan beragam sesuai akal/rasio/perasaan/selera masing-masing. Padaha sebenarnya keinginan hawa nafsunya belaka.

Acuan utama standar dalam ber-Islam adalah Islamnya para Sahabat Nabi. Misal ambillah contoh salah seorang Sahabat Nabi yang paling biasa-biasa saja amalannya. Apakah kita sudah yakin bisa menyamai kualitas dan kuantitas ibadahnya. 

Atau kalau memang tidak bisa, coba turunkan standarnya. Ambil saja contoh salah satu generasi Islam salafus sholeh setelahnya (generasi tabi'in) dan generasi setelahnya lagi (generasi tabbi'ut tabi'in). Apakah yakin kita lebih berilmu dan lebih sholeh dari mereka? 

Maka dari itu, teruslah berjuang mengejar ketertinggalan amal ibadah kita yang masih jauh di bawah standar dan istiqomahlah. Jangan merasa sudah menjadi Islam yang biasa-biasa saja terus tidak mau mendalami Islam lebih jauh. Tidak mau coba memeriksa dan intropeksi apakah pemahaman dan praktek agama kita sudah sesuai dengan yang dicontohkan Nabi dan Para Sahabat serta generasi salafus sholeh.

Dalam ber-Islam janganlah mengharapkan ridho manusia. Karena banyak manusia tidak mengerti atau tidak mau mengerti. Sebagian lainnya justru punya misi-misi tertentu untuk menjauhkan kita dari syariat agama. 

Mohonlah perlindungan dan berharaplah hanya kepada Allah dengan memperbanyak amal sholeh. Kita tidak pernah tahu pada amalan yang mana Allah memberikan ridho-Nya kepada kita. 🙏🙏🙏🤲🤲🤲