Rabu, 18 Desember 2019

KARUNIA KESEHATAN

Banyak orang berpikir bahwa karunia dan rezeki itu hanyalah berupa harta, jabtan yang tinggi, gaji yang besar, bisnis yang sukses, dll. Padahal rezeki dan karunia yang paling berharga bagi orang yang beriman adalah keimanan, baru kemudian keselamatan/kesehatan. 

Untuk itu, selama kita telah memiliki keimanan, tidak berbuat syirik, dan juga kita diberikan keselamatan dan kesehatan, maka banyak-banyaklah bersyukur.

Dari Rifa’ah bin Rafi’ berkata, “Abu Bakar Ash-Shiddiq berdiri di atas mimbar lalu menangis. Kemudian ia berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun pertama hijrah berdiri di atas mimbar, lalu menangis, dan bersabda: “Hendaklah kalian memohon kepada Allah ampunan dan keselamatan/kesehatan. Setelah dikaruniai keyakinan (iman), sesungguhnya seorang hamba tidak diberi karunia yang lebih baik daripada keselamatan/kesehatan.” [HR. Tirmidzi no. 3481, Al-Hakim, dan Ibnu Hibban. Dishahihkan oleh Al-Hakim dan Al-Albani].
Yang dimaksud dengan [الْعَافِيَةِ] “afiyah” adalah keselamatan dunia-akhirat, keselamatan dunia yaitu selamat dari penyakit dengan kata lain adalah kesehatan.

Selasa, 17 Desember 2019

JADILAH MUSLIM YANG BIASA-BIASA SAJA?

Banyak orang berkata, "Jangan jadi muslim yang kaku/fanatik/berlebih-lebihan. Jadilah muslim yang biasa-biasa saja."

Lalu jika ditanya balik, seperti apakah Islan yang biasa-biasa saja yang dimaksud tersebut. Pasti jawabannya akan beragam sesuai akal/rasio/perasaan/selera masing-masing. Padaha sebenarnya keinginan hawa nafsunya belaka.

Acuan utama standar dalam ber-Islam adalah Islamnya para Sahabat Nabi. Misal ambillah contoh salah seorang Sahabat Nabi yang paling biasa-biasa saja amalannya. Apakah kita sudah yakin bisa menyamai kualitas dan kuantitas ibadahnya. 

Atau kalau memang tidak bisa, coba turunkan standarnya. Ambil saja contoh salah satu generasi Islam salafus sholeh setelahnya (generasi tabi'in) dan generasi setelahnya lagi (generasi tabbi'ut tabi'in). Apakah yakin kita lebih berilmu dan lebih sholeh dari mereka? 

Maka dari itu, teruslah berjuang mengejar ketertinggalan amal ibadah kita yang masih jauh di bawah standar dan istiqomahlah. Jangan merasa sudah menjadi Islam yang biasa-biasa saja terus tidak mau mendalami Islam lebih jauh. Tidak mau coba memeriksa dan intropeksi apakah pemahaman dan praktek agama kita sudah sesuai dengan yang dicontohkan Nabi dan Para Sahabat serta generasi salafus sholeh.

Dalam ber-Islam janganlah mengharapkan ridho manusia. Karena banyak manusia tidak mengerti atau tidak mau mengerti. Sebagian lainnya justru punya misi-misi tertentu untuk menjauhkan kita dari syariat agama. 

Mohonlah perlindungan dan berharaplah hanya kepada Allah dengan memperbanyak amal sholeh. Kita tidak pernah tahu pada amalan yang mana Allah memberikan ridho-Nya kepada kita. 🙏🙏🙏🤲🤲🤲

JANGANLAH BERJILBAB SEKEDAR MENUTUPI KEPALA

Jilbab atau hijab adalah aturan syariat Islam yang mulia. Jilbab atau hijab ini adalah untuk melindungi kaum muslimah, memuliakan mereka,  sekaligus sebagai identitas keIslaman mereka. 

Seperti diketahui seluruh tubuh wanita adalah aurat (kecuali muka dan telapak tangan). Karenanya wanita menjadi rentan terhadap eksploitasi seksual kaum lelaki sehingga seluruh potensi yang mengarah kepada hal itu perlu ditutup rapat. 

Selain itu jilbab atau hijab juga digunakan sebagai pembeda antara wanita yang merdeka dengan budak (di era perbudakan masih ada). 

Serta banyak faedah-faedah lain dari jilbab dan hijab sesuai yang diinfokan dalam Al Quran dan Hadis, dan juga masih banyak lagi faedah lain yang hanyalah Allah Yang Maha Tahu.

Jilbab atau hijab, jika digunakan dengan benar atau sesuai syar'i maka akan menjadi solusi efektif dalam menutupi potensi maksiat.

Namun demikian, di era ini kita melihat banyak sekali variasi penggunaan hijab atau jilbab. Fashion wanita menjadi suatu komoditas bisnis fashion yang menjanjikan. Sampai-sampai hijab dan jilbab pun dieksploitasi sehingga bisa diarahkan sesuai tren fashion kekinian dan selera masing-masing kaum hawa.

Padahal di dalam Islam telah ditentukan seperti apa jilbab atau hijab yang sesuai syar'i. Selama ini banyak orang hanya sekedar tahu ketentuan umum jilbab atau hijab yakni pakaian yang menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Dengan penafsiran berdasarkan keawaman atau akal dan rasio serta selera masing-masing maka diterjemahkanlah ketentuan umum ini dalam jilbab-jilbab kekinian. 

Mereka belum mempertimbangkan bahwa sebenarnya terdapat ketentuan yang lebih spesifik mengenai jilbab atau hijab ini yakni mengenai bahannya, kelonggarannya, sampai sejauh mana menutupi tubuh, cadar dan tidak bercadar, dan lain-lain.

Jadi janganlah berjilbab hanya sekedar berjilbab tanpa mempertimbangakan ketentuan deatail syariat. Akhirnya yang ada malah sebenarnya bukan jilbab tapi jilboob. Jangan sampai upaya mencari pahala dengan berjilbab malah menjadi sia-sia atau malah menjadi sarana terbukanya pintu maksiat.

Secara sederhana, suatu jilbab atau hijab dapat dikatakan sudah memenuhi syar'i jika jilbab atau hijab itu dapat dipakai shalat. Ya, itu saja secara simpel. 

Namun apakah semua wanita muslimah siap melakukannya. Berhubung beberapa muslimah ketika diingatkan atau didakwahi mereka justru menolak. Ironis. Ya ini pada akhirnya dikembalikan kepada tingkat keimanan dan ketakwaan masing-masing. WAllahu a'lam bis Showab.