Dunia tengah memasuki babak baru era industri. Era revolusi Industri 4.0 ditandai dengan semakin maraknya pemanfaatan teknologi digital yang mendorong otamasi di segala lini kehidupan. Pertukaran data dan informasi terjadi secara cepat dan dinamis. Hal ini juga mempengaruhi perubahan-perubahan secara cepat pada pola konsumen generasi milenial yang secara natural telah lahir, tumbuh dan berkembang di era digital. Perubahan secara cepat dan dinamis ini disebut juga disrupsi.
Perusahaan-perusahaan yang tidak mampu beradaptasi secara cepat, maka akan bisa tumbang dalam sekejap. Bahkan bagi perusahaan besar. Contohnya saja Nokia. Dikenal sebagai merek handphone (cell phone) ternama. Namun karena terlambat berinovasi, maka dalam sekejap langsung tidak mampu bersaing dengan merek handphone baru yang bermunculan seperti Samsung, iPhone, dan lain -lain. Termasuk juga Blackberry yang terlalu membanggakan keypad jenis qwerty dan operating system khususnya termasuk applikasi blackberry messenger yang sesaat sempat menjadi standar komunikasi global, termasuk di Indonesia. Akan tetapi Blackberry tidak sadar bahwa konsumen ponsel pintar ternyata lebih menyukai keypad layar sentuh yang terlihat keren dan juga operating system Android dan iOS yang menawarkan banyak fitur dan aplikasi yang lebih beragam.
Perubahan-perubahan radikal di level perusahaan besar dan global pada akhirnya menurun juga pada level personal. Inovasi teknologi terjadi secara cepat dan dinamis. Mendorong perubahan pola kehidupan sosial.
Teknologi artificial intelligence (kecerdasan buatan) semakin berkembang pesat. Program komputer yang bisa berpikir, mengevaluasi data-data rumit dengan kapasitas besar, membantu manusia menjelaskan apa yang telah terjadi, sedang terjadi, dan bahkan memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan.
Teknologi robotika juga semakin maju. Interaksi robot dengan manusia dan lingkungannya semakin harmonis. Sensor-sensor semakin canggih. Pemrograman robotika dipadukan dengan teknologi artificial intelligence kian membuat robot-robot yang diproduksi menjadi tampak seperti robot-robot dari dunia fiksi ilmiah. Dalam beberapa tahun ke depan mungkin saja kita akan sempat melihat robot-robot seperti di film Terminator, Wall-E, atau mungkin Doraemon di sekitar kita.
Internet of things (IoT), membuat segala sesuatu yang kita butuhkan bisa didapatkan melalui internet. Yang penting ada koneksi internet, maka semua pekerjaan dapat diselesaikan. Jarak antara produsen dan konsumen menjadi semakin dekat. Tidak diperlukan lagi penghubung yang berjenjang dan rumit. Transaksi dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Asalkan ada koneksi internet.
Driverless car atau autonomous vehicle atau kendaraan tanpa pengemudi juga terus dikembangkan secara intens. Tidak diperlukan lagi sopir. Tidak perlu lagi manusia mengeluarkan tenaga dan mengalokasikan konsentrasi pada aktivitas mengemudi. Tinggal informasikan kepada mobil atau kendaraan kemana tujuan kita, maka mobil dan kendaraan tersebut akan mengantarkan kita ke tempat tujuan sekaligus memilihkan rute yang paling efisien.
Semua perkembangan teknologi yang terjadi tentu memberikan efek perubahan yang besar. Termasuk terhadap lapangan kerja yang kita geluti selama ini. Selama beberapa dasawarsa terakhir ini mungkin kita melihat banyak manusia melakukan pekerjaan-pekerjaan di pabrik dan kantor. Namun dalam beberapa tahun ke depan mungkin saja kita akan melihat lebih banyak robot, komputer cerdas, asisten digital yang bekerja di pabrik dan kantor. Pabrik dan kantor tempat kita bekerja tiba-tiba bisa berjalan atau beroperasi secara otomatis. Tanpa manusia. Lalu kemanakah manusia bekerja dan mencari penghidupan?
Isu ini memang telah menjadi cukup sensitif. Beberapa pakar menilai perkembangan teknologi revolusi industri 4.0 bisa mengancam eksistensi manusia di lapangan pekerjaan. Hal ini dapat berimbas pada meningkatnya tingkat pengangguran, kemiskinan, dan kriminalitas.
Namun beberapa pakar lain menilai perkembangan teknologi revolusi industri 4.0 ini akan menjadi tonggak sejarah baru bagi umat manusia. Tidak perlu lagi manusia bekerja. Manusia menjadi merdeka secara finansial. Setiap manusia akan mendapatkan pendapatan dasar yang layak atau disebut Universal Basic Income (UBI) sebagai kompensasi hilangnya lapangan pekerjaan akibat tergantikannya manusia oleh robot dan komputer cerdas. Manusia bebas melakukan apa yang diinginkan dalam mengisi waktu senggang yang dimiliki sepanjang waktu. UBI ini sempat diuji coba di Kanada, Brasil, Italia, Alaska-USA dan beberapa negara lain.
Sebagaimana kita ketahui, perkembangan teknologi nyatanya juga tidak benar-benar menghapus semua pekerjaan. Justru beberapa pekerjaan baru tercipta. Misalkan pekerjaan sebagai Youtuber, Vloger, Ojek Online, pelapak online, developer aplikasi digital, gamer online, dan lain-lain. Ini membuktikan bahwa lapangan pekerjaan atau ladang mencari nafkah bagi manusia akan selalu terbuka.
Disrupsi tidak benar-benar menutup semua pintu rejeki, tapi justru akan terbuka pintu-pintu rejeki baru yang barangkali tidak akan pernah disangka-sangka dan tidak terbayangkan sebelumnya. Tinggal di sisi personal manusianya apakah dia mau terus belajar, beradaptasi, melihat peluang dan terjun memanfaatkannya. Manusia hanya bisa mengupayakan dan mengusahakan, Allah yang menentukan rejeki. Yang penting halal dan barokah.