Sabtu, 24 Desember 2016

Penurunan Pasar Domestik Minyak Jepang



Suatu hal yang menarik disimak pada grafik di atas adalah menurunnya pasar domestik minyak di Jepang. Selama ini pasar petroleum domestik Jepang dikendalikan sebagian besarnya oleh tingkat permintaan konsumsi gasoline (bensin). Namun akhir-akhir ini permintaan gasoline Jepang semakin menurun. Beberapa faktor penyebabnya adalah :
  1. Beralihnya industri-industri pengguna minyak ke gas
  2. Terdapat sejumlah pabrik dan industri yang mengalihkan kegiatan operasinya ke luar Jepang sehingga konsumsi minyak juga beralih ke pabrik-pabrik Jepang yang ada di luar negeri
  3. Semakin berkembangnya teknologi efisiensi mesin-mesin dan kendaran-kendaraan yang berbahan bakar minyak. Misalnya di sektor transportasi, kendaraan hibrid semakin berkembang dan semakin efisien dalam penggunaan bensin.
  4. Terdapat kecenderungan generasi muda Jepang yang memilih tidak memiliki mobil pribadi dan lebih memilih menggunakan kendaraan umum seperti misalnya kereta api listrik yang memang kualitas pelayanannya sangat baik dan biayanya terjangkau (menurut ukuran orang Jepang).

Sebagai akibat menurunnya aktivitas pasar domestik minyak di Jepang, industri petroleum jepang semakin mengalami tekanan dan persaingan yang ketat. Beberapa kilang pengolahan minyak ditutup dan unit-unit penyulingan minyak (crude distillation unit) dikurangi kapasitasnya mengikuti penurunan permintaan minyak dalam negeri. Hal ini ditambah dengan kondisi kilang-kilang minyak Jepang yang rata-rata merupakan kilang tua. Pengusaha-pengusaha kilang pengolahan minyak di Jepang yang semuanya adalah pengusaha swasta juga mulai merambah bisnis-bisnis baru seperti misalnya:
  1. bisnis petrokimia
  2. eksplorasi minyak bumi
  3. pembangkit listrik
  4. panel tenaga surya
  5. stasiun pengisian kendaraan berbahan bakar listrik
  6. stasiun pengisian kendaraan berbahan bakar hidrogen
  7. bioteknologi
  8. fuel cell
  9. pembangkit listrik tenaga angin
  10. solvent
  11. bahan kimia khusus
  12. LNG
  13. Suplier listrik
  14. suplier uap (steam)
  15. electric device
  16. pertambangan uranium
  17. gas to liquid
  18. batubara

Jumat, 23 Desember 2016

Problamatika Energi Nuklir Jepang


Dari sebuah kegiatan training, saya mendapatkan informasi mengenai problematika energi nuklir yang dihadapi Jepang semenjak terjadinya tragedi Fukushima pada tahun 2011. Pada tragedi Fukushima, salah satu pembangkit listrik tenaga nuklir Jepang mengalami kegagalan sistem akibat gempa dan tsunami yang kemudian menyebabkan kebocoran radiasi nuklir. Hal ini kemudian ditindak lanjuti oleh Pemerintah jepang dengan menonaktifkan semua pembangkit listrik tenaga nuklirnya untuk dilakukan evaluasi ulang. Sebelum bencana Fukushima terdapat 17 sites dan 54 pembangkit listrik tenaga nuklir yang beroperasi. Namun dari hasil evaluasi terakhir hanya 3 sites dan 5 plant yang lolos penilaian dan mendapat izin beroperasi kembali.

Upaya pemerintah Jepang untuk melakukan reaktivasi pembangkit nuklir ini ternyata menghadapi kendala penolakan publik. Masyarakat menuntut agar Nuklir tidak digunakan lagi sebagai pembangkit energi di Jepang. Salah satu pertimbangannya adalah Jepang merupakan negara yang dilalui lempeng tektonik yang sangat rentan mengalami gempa. Bencana Fukushima juga menimbulkan trauma yang dalam bagi masyarakat Jepang.


Di sisi lain, pemerintah Jepang telah memiliki komitmen internasional untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Upaya mengaktifkan kembali energi nuklir merupakan solusi untuk mencapai target lingkungan tersebut, karena nuklir merupakan sumber energi yang bebas emisi. Menghadapi hal ini pemerintah Jepang merencanakan pada tahun 2030 setidaknya 10-11% energi listrik Jepang dipasok dari nuklir. Rencana ini pun masih terus menghadapi tekanan publik.

Selama pembangkit listrik tenaga nuklir tidak beroperasi, penggunaan sumber energi listrik lain menjadi meningkat, yakni renewable energy, minyak, batubara, dan gas alam. Minyak sebagai pembangkit listrik sempat meningkat drastis penggunaannya sesaat setelah pembangkit nuklir dinon aktifkan namun kemudian kembali ke posisi awalnya. Batubara dan Gas alam meningkat pesat peranananya untuk menggantikan tenaga nuklir. Sementara energi terbarukan mengalami perkembangan yang belum sesuai harapan.

Kesemua kondisi ini menimbulkan tanda tanya besar, seperti apakah pengelolaan energi Jepang di masa yang akan datang. Akankah Jepang dapat mengaktifkan kembali tenaga nuklir dengan teknologi baru yang aman dan dapat meyakinkan publik. Atau akankah Jepang dapat sepenuhnya beralih ke energi terbarukan dengan sukses dan menonaktifkan semua pembangkit nuklirnya seperti yang sedang dilakukan Jerman. Atau akankah Jepang meningkatkan peranan pembangkit batubara, gas alam, dan bahkan minyak dengan disertai strategi brilian dalam upaya pencapaian target pengurangan emisi.




Rabu, 16 November 2016

Al QURAN MENJADI AL MAHJUURON


Dewasa ini kita melihat fenomena-fenomena sebagian umat Islam yang semakin meninggalkan Al Quran. Ini tercermin dari perilaku dan ahlak sebagian umat Islam mulai dari level bawah hingga di level atas yang tidak mencerminkan perilaku dan ahlak generasi Qurani. Sebagian umat Islam tersebut belum sesuai perilaku, ahlak, dan pemahamannya dengan Al Quran dan Hadis sesuai contoh/pemahaman/praktek Rasulullah dan para Sahabat, generasi tabi'in dan generasi tabi'ut tabi'in dan ulama-ulama terdahulu hingga era ini yang sesuai dengan jalannya ketiga generasi awal tersebut.

Sedangkan ketika ada seseorang dari kalangan mereka sendiri yang menyampaikan Al Quran dan Hadis serta mengajak masyarakat untuk kembali berpegang teguh kepada Al Quran dan Hadis maka seringkali akan menjadi sasaran penolakan, pengusiran, pengucilan, bahkan tidak jarang difitnah dan mendapat tuduhan yang keji. Dituduh radikal, tidak pancasilais, memiliki motif politik, memecah belah umat, mengancam NKRI dan lain-lain.

Mengenai fenomena ini sebenarnya telah disampaikan di dalam Al Quran yang mengabadikan dialog antara Rasulullah dengan Allah Azza wa Jalla yakni dalam Surat al Furqon (25) ayat 30.

وَقَالَ الرَّسُوْلُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوْا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُوْرًا

Berkatalah Rasul, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran ini sebagai sesuatu yang diabaikan. (QS al-Furqan [25]: 30).

Dalam tafsir al Jalalain karya asy Suyuthi disebutkan bahwa "mahjuron" berasal dari kata "al hujr" yang berarti ucapan-ucapan yang tidak pantas/keji/tuduhan palsu. Orang-orang musyrikin Quraish Mekkah menjadikan al Quran sebagai al hujr. Kaum musyrikin Quraish menuduh Al Quran yang dibawa Rasulullah sebagai sihir, puisi/syair, dongeng-dongeng orang terdahulu. Hal ini merupakan pengingkaran mereka terhadap kebenaran Al Quran yang dibawa Rasulullah. Selain itu dalam tafsir, kata "mahjuron" juga dapat berasal dari kata "al hajr" yang berarti meninggalkan, mengabaikan, atau tidak memperdulikan. Dalam pengertian ini Al Quran dijadikan sebagai sesuatu yang ditinggalkan atau dikalahkan dengan hal yang lain.

Tentulah kita semua berharap agar kita tidak termasuk ke dalam golongan yang meninggalkan Al Quran. Apalagi termasuk ke dalam golongan yang mengingkari kebenaran Al Quran dan bahkan memberi tuduhan-tuduhan keji terhadap Al Quran seperti yang dilakukan kaum musyrikin Quraish. Termasuk juga semoga kita dihindarkan dari sikap menzalimi atau memfitnah para penyeru Al Quran yang berada dalam kebenaran, sementara kita merasa berada di pihak yang benar.

Untuk itu, tidak ada cara lain bagi diri kita agar selamat dunia dan akhirat, selain dengan kembali kepada pedoman Al Quran dan Hadis dengan pemahaman yang benar. Seberapapun besarnya kesibukan kita, haruslah kita mengupayakan untuk membaca, mengkaji, dan mentadabburi Al Quran secara istiqomah (konsisten). Jangan jadikan Al Quran hanya sebagai hiasan di rumah-rumah kita. Jangan jadikan majelis-majelis ilmu yang mengkaji Al Quran sepi tanpa kehadiran kita.

Dan yang paling penting kita tidaklah boleh patah semangat dalam menyerukan Al Quran dan Hadis sebagai upaya amar makruf nahi mungkar. Kita tidak perlu merasa kecewa dan khawatir dengan sikap mereka yang menolak atau acuh tak acuh terhadap seruan dakwah kita bahkan berpotensi menzalimi diri kita. Justru inilah tugas setiap kaum muslimin yaitu untuk sekedar menyampaikan kebenaran walau hanya satu ayat, sedangkan hidayah adalah hak preogratif Allah. Hal inilah yang memang akan dhadapi oleh setiap kaum muslimin yang mendakwahkan Al Quran dan Hadis, sesuai yang telah ditakdirkan Allah dan dijelaskan dalam ayat selanjutnya dalam surat Al Furqon tersebut,

Allah berfriman :

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ وَكَفَى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا

Seperti itulah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong. (QS al-Furqan [25]: 31).

Jika umat ini jauh dari Al Quran maka akan dapat berakibat fatal. Seperti halnya nahkoda kapal yang sedang mengendarai kapal yang canggih di tengah samudera yang luas namun kehilangan alat navigasi atau tidak mengerti ilmu navigasi sama sekali.

Menurut Ibnu Qoyyim Al Jauziah, jika seseorang meninggalkan al Quran maka akan mengakibatkan beberapa hal diantaranya sebagai berikut :
  1. Akibat yang pertama, orang yang meninggalkan al Quran akan mendapatkan kesempitan hidup. Mengapa ini bisa terjadi? Jawabannya ada dua : yang pertama karena di dalam al Quran ada ketenangan. Bahkan ketika kita tidak tahu bahasa arab kita bisa tersentuh ketika mendengar lantunan ayat suci al Quran. Ini salah satu contoh dan bukti bahwa Al Quran memberikan ketenangan. Dalam tubuh manusia ada dua unsur yakni unsur jasad dan unsur jiwa. Jika jasad yang berasal dari unsur bumi mengalami kekurangan maka harus dipenuhi oleh zat-zat dari unsur bumi. Misalkan ketika jasad kita lapar maka kita harus memenuhi kebutuhan ini dari makanan dan minuman. Jika kita ingin membeli sesuatu maka kita harus bekerja untuk mendapatkan uang sehingga mampu membeli apa yang kita inginkan. Sedangkan jiwa, kebutuhannya harus dipenuhi oleh hal-hal yang dapat memenuhi kebutuhan jiwa. Kebutuhan jiwa ini dapat dipenuhi oleh membaca al Quran. Banyak orang juga menganggap bahwa kebutuhan jiwa ini dapat dipenuhi dari seni dan musik. Padahal kenyataannya seni dan musik tidak memberikan ketenangan jiwa yang hakiki, hanya bersifat sesaat, semu, atau malah semakin terjatuh kepada kecemasan dan kegalauan yang tiada akhir. Yang kedua, Karena di dalam al Quran ada petunjuk kehidupan, jika kita meninggalkan al Quran maka kita akan kehilangan petunjuk hidup yang akhirnya mengarahkan kita pada kesulitan-kesulitan hidup.
  2. Akibat yang kedua dari meninggalkan Al Quran adalah tidak bisa merasakan lezatnya bersama Al Quran. Jika seseorang bisa merasakan lezatnya al Quran maka dia tidak akan merasa bosan membaca dan mentadabburi al Quran. Sedangkan jika seseorang menjauhi Al Quran maka dia tidak akan bisa mendapat kenikmatan tersebut.
  3. Akibat yang ketiga dari meninggalkan Al Quran adalah timbulnya rasa malas yang berkelanjutan. Jika seseorang meninggalkan al Quran dalam waktu lama maka untuk memulai dekat lagi dengan Al Quran dia akan kesulitan melawan rasa malas seperti kondisi pada awalnya ketika dia hendak mendekati Al Quran.
  4. Akibat yang keempat dari meninggalkan Al Quran adalah seseorang bisa menjadi temannya setan. Jika seseorang menjauhi al Quran maka setan akan lebih mudah mendekati dan menggoda.

Dengan demikian, ini seharusnya menjadi tugas kita bersama sebagai kaum muslimin untuk saling beramar makruf nahi mungkar agar umat Islam di negeri ini kembali kepada panduan Al Quran dan Hadis sesuai dengan pemahaman dan praktek yang benar. Yakni yang sesuai pemahaman dan praktek Rasulullah dan para Sahabatnya, generasi tabi'in dan generasi tabi'ut tabi'in dimana ketiga generasi awal ini adalah generasi terbaik umat Islam sehingga harus menjadi patokan/standar/acuan umat Islam sepanjang masa hingga hari kiamat. Mudah-mudahan dengan segala upaya kita ini, Allah memberikan ridho-Nya sehingga kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang beruntung.