Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Pemicu perubahan adalah adanya perubahan yang lain. Implikasi yang selalu muncul dalam setiap perubahan struktur masyarakat adalah gejolak sosial.
Dalam kasus diversifikasi bahan bakar, salah satu pemicunya adalah perubahan lingkungan. Isu pemanasan global, polusi, semakin terbatasnya cadangan minyak bumi dunia, harga minyak yang semakin melambung, di satu sisi mengakibatkan munculnya isu-isu penghematan energi. Di sisi lain, hal ini menimbulkan upaya-upaya pemanfaatan sumber energi baru. Dalam bahasa lainnya ini berarti terdapat upaya pengurangan ketergantungan terhadap bahan bakar minyak. Selama ini, penggunaan bahan bakar minyak telah menjadi sumber energi utama semenjak sekitar 1 abad lalu. Perubahan mengenai hal ini tentunya menimbulkan respon yang berbeda-beda pada masyarakat Indonesia yang heterogen. Kemajemukan latar belakang budaya, pendidikan, lingkungan, kondisi ekonomi, dan orientasi kehidupan juga merupakan salah satu persoalan bahwa proses perubahan mempunyai banyak konsekuensi terhadap munculnya berbagai macam pandangan. Korten (1993) menyebutkan bahwa perbedaan pandangan atau visi dalam proses perubahan, berpotensi besar menimbulkan gejolak sosial.
Sebagaimana dianalisis Korten (1993), prioritas pembangunan utama tahun 1990-an adalah mentransformasikan cara-cara orang memandang dunia, memanfaatakan sumber daya bumi dan saling berhubungan sebagai individu dan bangsa. Soetjipto (1993:503) menyebutkan bahwa pembangunan yang bersifat material, secara sosial haruslah bertujuan untuk mencapai suatu sistem dimana masyarakat masuk dalam kondisi distribusi pendapatan yang adil, terjamin hak – hak hidupnya, dan mampu mentransformasikan lapis masyarakat marginal ke sistem kehidupan modern. Perubahan budaya yang akan terjadi secara substansial harus mampu melahirkan satu kesadaran baru akan peradaban, kemandirian, kesediaan, untuk berkorban, demi tegaknya martabat kemanusiaan, self respect.
Akan tetapi, dalam kasus perubahan budaya penggunaan sumber energi di Indonesia, yang sebelumnya didominasi oleh penggunaan BBM, tidaklah akan semudah seperti yang dibayangkan. Sebagai antisipasi, tentunya harus bisa dirumuskan strategi secara tepat dan bijak, guna menanggulangi munculnya gejolak sosial di kalangan masyarakat. Apalagi jika gejolak sosial yang terjadi berpotensi menimbulkan aksi-aksi anarkis.
Akibat globalisasi dan informasi yang sangat cepat, seringkali elit kekuasaan dan pelaku ekonomi berusaha semaksimal mungkin untuk memperjuangkan dan mewacanakan perubahan pembangunan dan modernisasi demi mencapai suatu kesetaraan kesejahteraan dengan negara-negara maju. Para elitis ini tentunya juga mempunyai bermacam-macam pandangan mengenai hal ini. Sementara itu, kondisi masyarakat yang heterogen sebenarnya belum semuanya siap menghadapi perubahan yang radikal. Bahkan tidak jarang ketakberdayaan masyarakat justru dieksploitasi dan ditempatkan sebagai potensi. Karena itu sebagian masyarakat akan menganggap pembaruan atau perubahan sebagai bagian yang memberatkan dan menyengsarakan masyarakat banyak.
Untuk itulah, di sini diperlukan peranan sentral kepemimpinan dalam memberikan arahan yang dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Peran pemimpin sebagai katalisator perubahan sangatlah penting dalam hal merumuskan masalah, menciptakan kesadaran global baru, mempermudah komunikasi, membela perubahan kebijakan, membangun kemauan politik, dan melaksanakan parakarsa percobaan (David. C. Korten, 1993:302). Melalui arahan dari kepemimpinan, tentunya perbedaan pandangan di dalam kehidupan sosial dalam proses perubahan bisa diminimalkan, sehingga secara otomatis gejolak sosial dalam skala besar bisa ditekan pada taraf yang dapat dikendalikan.
Jika dalam proses transformasi yang berlangsung kemudian muncul gejolak atau konflik sosial pastilah telah terjadi ketimpangan-ketimpangan dalam pelaksanaannya. Ketimpangan yang umumnya dilandasi kepada kepentingan elitis tertentu. Ini merupakan tugas yang lain dari kepemimpinan, yaitu untuk melakukan monitoring dan menindak secara tegas segala bentuk penyimpangan kelompok elitis tertentu.
Dengan demikian, peranan kepemimpinan yang tegas dan tidak terikat oleh kepentingan-kepentingan pribadi atau golongan sangatlah penting untuk mencapai suatu tujuan. Hasilnya, kemandirian bangsa dan ketahanan energi nasional dapat terjaga dan terus ditingkatkan. Seperti yang dipaparkan oleh Wamen ESDM, Widjajono Partowidagdo, ketergantungan yang berlebihan terhadap minyak dan luar negeri adalah ketidakmandirian. Tidak menggunakan energi yang kita miliki secara optimal adalah tidak bijaksana. Mengkonsumsi barang yang mahal tetapi tidak mengkonsumsi barang murah yang kita miliki adalah kebodohan. Cara meminimalkan subsidi BBM untuk transportasi dan listrik adalah dengan sesedikit mungkin memakai BBM. Akibatnya, Indonesia mempunyai dana lebih banyak untuk membuat Indonesia lebih cepat menjadi Negara Terpandang di Dunia. Dengan mengurangi ketergantungan kepada BBM maka Insya Allah Indonesia menjadi lebih baik.
REFERENSI:
Huntington, Samuel P, 1996, the clash of civilization and the remaking of world orde, new york:Simon and Schuster
Korten, David C, 1993, menuju abad 21: tindakan sukarela dan agenda global, Jakarta: Sinar Harapan
Schoorl, J.W., 1981. Modernisasi : Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negra sedang berkembang, terj. Soekadijo, Jakarta: Gramedia
Soetjipto Wirosardjono, 1993, “Perspektif social budaya pembangunan nasional kita”, dalam Yustiono (ed), Islam dan kebudayaan Indonesia : Dulu, kini, dan esok, Jakarta : yayasan Festival Istiqlal
Saling Berbagi Pengetahuan, Pemikiran dan Cerita Terkait Agama, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Kesehatan, Lingkungan, Energi, Bisnis, Manajemen, Sosial, Budaya, Sejarah, Dll
Selasa, 27 Maret 2012
MINYAK BUMI VS GAS ALAM
Minyak bumi dan gas alam adalah sama-sama merupakan sumber energi tidak terbarukan. Namun demikian, di sini akan dijelaskan tiga hal yang membedakan diantara keduanya:
Pertama, gas alam relatif lebih praktis penggunaanya karena dapat langsung digunakan setelah dieksplorasi dari dalam perut bumi. Tidak seperti halnya minyak bumi yang masih memerlukan sejumlah upaya pengolahan sebelum benar-benar dapat digunakan. Namun demikian ini berlaku hanya pada penggunaan lokal di sekitar daerah sumber gas alam. Apabila pengguna gas berada jauh dari sumber gas alam, maka gas alam akan memerlukan sejumlah treatment pemampatan volume gas, yaitu bisa melalui teknologi CNG atau LNG. Tentu saja harganya pun akan lebih mahal dari sebelumnya. Namun demikian akan tetap lebih murah dari minyak bumi yang telah diolah.
Kedua, perkembangan produksi dan cadangan gas alam di wilayah Indonesia lebih menjanjikan dibandingkan cadangan minyak bumi. Lihat saja perkembangan volume ekspor minyak mentah nasional dalam satu dekade terakhir. Pada tahun 2000, Indonesia mampu mengekspor minyak hingga 225 juta barrel. Namun, pada tahun 2009 volumenya hanya mencapai 117 juta barrel atau tergerus 48 persen. Turunnya volume ekspor minyak bumi ini berkaitan dengan melemahnya produksi minyak dalam negeri. Volume produksi minyak menurun dari 517 juta barrel (2000) menjadi 337 juta barrel (2009). Bersamaan dengan melemahnya volume produksi, cadangan minyak bumi di Indonesia pun terus menipis. Cadangan minyak Indonesia berdasarkan catatan tahun 2008 diperkirakan mencapai 3,7 miliar barrel atau 0,3 persen dari total cadangan dunia. Stok cadangan Indonesia ini terus turun dari 10 tahun silam, yang mencapai 5,1 miliar barrel. Dengan cadangan yang ada, ditambah asumsi tingkat produksi minyak konstan di level 357 juta barrel per tahun (produksi aktual tahun 2008) dan tanpa penemuan cadangan minyak baru, stok cadangan ini diperkirakan akan terkuras dalam tempo 10 tahun.
Seiring turunnya volume produksi dan ekspor minyak mentah serta terdongkraknya harga energi di pasar global, pamor gas alam mulai terangkat. Nilai ekspor komoditas ini bahkan melampaui ekspor minyak bumi sejak tahun 2005. Volume produksi gas alam cenderung stabil, yaitu dari 2,8 miliar MSCF (2000) menjadi 3,0 miliar MSCF (2009) atau naik 4,5 persen. Naiknya produksi gas alam diikuti kenaikan volume pemanfaatannya sebesar 4 persen. Cadangan gas alam kita pun relatif besar, yaitu mencapai 3,2 triliun meter kubik (2008) atau 1,7 persen dari cadangan gas alam di dunia. Rasio C/P gas alam bahkan menunjukkan cadangan ini mampu bertahan hingga 45 tahun.
Ketiga, gas alam lebih ramah lingkungan ketika digunakan karena kandungan metana (CH4) yang dominan dalam komposisi alaminya. Metana terbakar secara sempurna sehingga sangat minim menimbulkan residu selama proses pembakaran. Berbeda halnya dengan minyak bumi yang akan menghasilakn gas-gas tidak ramah lingkungan selama proses pembakaran, misalnya NOx, CO, CO2, sulfur, dan lain-lain.
Melalui ketiga hal di atas, sudah selayaknya bangsa Indonesia bisa memaksimalkan pemanfaatan gas alam, terutama untuk konsumsi dalam negeri. Perlu diketahui, penggunaan gas alam di Indonesia untuk konsumsi domestik masih sangat minim, padahal potensi kandungan gas alam di dalam negeri sangat besar. Sebagian besar gas alam dari bumi Indonesia justru diekspor ke luar negeri seperti ke Jepang, Taiwan, Korea, dan lain-lain. Hal ini patut disayangkan. Padahal gas alam merupakan sumber energi yang murah dan ramah lingkungan. Bisa untuk aplikasi rumah tangga dan industri baik sebagai gas alam maupun sebagai LPG, selain itu bisa digunakan untuk transportasi. Untuk itu, perlu kesadaran dan komitment bersama untuk mulai memanfaatkan gas alam Indonesia untuk pembangunan negeri sendiri dan mulai mengurangi penggunaan BBM.
Pertama, gas alam relatif lebih praktis penggunaanya karena dapat langsung digunakan setelah dieksplorasi dari dalam perut bumi. Tidak seperti halnya minyak bumi yang masih memerlukan sejumlah upaya pengolahan sebelum benar-benar dapat digunakan. Namun demikian ini berlaku hanya pada penggunaan lokal di sekitar daerah sumber gas alam. Apabila pengguna gas berada jauh dari sumber gas alam, maka gas alam akan memerlukan sejumlah treatment pemampatan volume gas, yaitu bisa melalui teknologi CNG atau LNG. Tentu saja harganya pun akan lebih mahal dari sebelumnya. Namun demikian akan tetap lebih murah dari minyak bumi yang telah diolah.
Kedua, perkembangan produksi dan cadangan gas alam di wilayah Indonesia lebih menjanjikan dibandingkan cadangan minyak bumi. Lihat saja perkembangan volume ekspor minyak mentah nasional dalam satu dekade terakhir. Pada tahun 2000, Indonesia mampu mengekspor minyak hingga 225 juta barrel. Namun, pada tahun 2009 volumenya hanya mencapai 117 juta barrel atau tergerus 48 persen. Turunnya volume ekspor minyak bumi ini berkaitan dengan melemahnya produksi minyak dalam negeri. Volume produksi minyak menurun dari 517 juta barrel (2000) menjadi 337 juta barrel (2009). Bersamaan dengan melemahnya volume produksi, cadangan minyak bumi di Indonesia pun terus menipis. Cadangan minyak Indonesia berdasarkan catatan tahun 2008 diperkirakan mencapai 3,7 miliar barrel atau 0,3 persen dari total cadangan dunia. Stok cadangan Indonesia ini terus turun dari 10 tahun silam, yang mencapai 5,1 miliar barrel. Dengan cadangan yang ada, ditambah asumsi tingkat produksi minyak konstan di level 357 juta barrel per tahun (produksi aktual tahun 2008) dan tanpa penemuan cadangan minyak baru, stok cadangan ini diperkirakan akan terkuras dalam tempo 10 tahun.
Seiring turunnya volume produksi dan ekspor minyak mentah serta terdongkraknya harga energi di pasar global, pamor gas alam mulai terangkat. Nilai ekspor komoditas ini bahkan melampaui ekspor minyak bumi sejak tahun 2005. Volume produksi gas alam cenderung stabil, yaitu dari 2,8 miliar MSCF (2000) menjadi 3,0 miliar MSCF (2009) atau naik 4,5 persen. Naiknya produksi gas alam diikuti kenaikan volume pemanfaatannya sebesar 4 persen. Cadangan gas alam kita pun relatif besar, yaitu mencapai 3,2 triliun meter kubik (2008) atau 1,7 persen dari cadangan gas alam di dunia. Rasio C/P gas alam bahkan menunjukkan cadangan ini mampu bertahan hingga 45 tahun.
Ketiga, gas alam lebih ramah lingkungan ketika digunakan karena kandungan metana (CH4) yang dominan dalam komposisi alaminya. Metana terbakar secara sempurna sehingga sangat minim menimbulkan residu selama proses pembakaran. Berbeda halnya dengan minyak bumi yang akan menghasilakn gas-gas tidak ramah lingkungan selama proses pembakaran, misalnya NOx, CO, CO2, sulfur, dan lain-lain.
Melalui ketiga hal di atas, sudah selayaknya bangsa Indonesia bisa memaksimalkan pemanfaatan gas alam, terutama untuk konsumsi dalam negeri. Perlu diketahui, penggunaan gas alam di Indonesia untuk konsumsi domestik masih sangat minim, padahal potensi kandungan gas alam di dalam negeri sangat besar. Sebagian besar gas alam dari bumi Indonesia justru diekspor ke luar negeri seperti ke Jepang, Taiwan, Korea, dan lain-lain. Hal ini patut disayangkan. Padahal gas alam merupakan sumber energi yang murah dan ramah lingkungan. Bisa untuk aplikasi rumah tangga dan industri baik sebagai gas alam maupun sebagai LPG, selain itu bisa digunakan untuk transportasi. Untuk itu, perlu kesadaran dan komitment bersama untuk mulai memanfaatkan gas alam Indonesia untuk pembangunan negeri sendiri dan mulai mengurangi penggunaan BBM.
Minggu, 11 Maret 2012
DIAGRAM ROGER HAMILTON
MECHANIC
Orang yang suka mengandalkan dan mengikuti sistem untuk menjadi kaya. Contohnya adalah Ray Kroc, pemilik McDonald. Walaupun dia bukan penemu hamburger, tetapi dialah yang menemukan cara memasarkan hamburger ke seluruh dunia, sehingga McDonald berkembang pesat hingga sebesar sekarang. Ciri-ciri orang tipe ini adalah senang detail dan tekun dalam mengikuti sistem
CREATOR
Orang yang suka menciptakan hal baru dan menjadi kaya karena hal baru tersebut. Contohnya adalah Steve Jobs, pendiri Apple Computer, Pixar Studio (creator film animasi Toy's Story), penemu iPod. Ciri-ciri orang tipe ini adalah kreatif, inovatif, suka hal baru, suka tantangan baru
STAR
Orang yang mendapatkan kekayaan karena mengandalkan keahlian atau bakat khusus yang sulit ditiru atau diduplikasi oleh orang lain, dan apa yang dilakukannya sulit didelegasikan kepada orang lain. Contohnya adalah Keanu Reeves, Celine Dion, Mohammad Ali, Ki Manteb Sudarsono. Ciri-ciri orang bertipe star adalah bakat khususnya yang sangat menonjol dibandingkan orang kebanyakan, mempunyai keahlian untuk menarik perhatian baik disadari atau tidak, senang menjadi pusat perhatian, sangat terlihat menonjol di bidangnya.
SUPPORT
Orang yang mendapatkan kekayaan karena keahliannya untuk mendukung atau memobilisasi dan mengorganisasikan dukungan, sumber daya, untuk mencapai sebuah tujuan. Contohnya adalah Jack Welch (mantan CEO General Electric). Ciri-ciri orang tipe Support adalah memiliki leadership dan kemampuan manajerial yang sangat menonjol.
DEAL MAKER
Orang yang mendapatkan kekayaan karena keahliannya untuk bernegoisasi dan mempertemukan dua kepentingan atau lebih. Contoh, Li Ka Sing (konglomerat properti Hongkong). Ciri-ciri orang dengan tipe Deal Maker adalah punya banyak teman, senang bergaul, jago meyakinkan orang, senang menjodohkan orang.
TRADER
Orang yang mendapatkan kekayaan karena keahlian berdagang. Contohnya George Soros. Banyak orang mengira bahwa George Soros adalah seorang investor, padahal dia adalah seorang pedagang sejati. Ciri-ciri orang seperti ini adalah peka tentang waktu, perhitungan, tidak malu dalam berjualan, berorientasi pada keuntungan dan suka keuntungan cepat atau jangka pendek.
ACCUMULATOR
Orang yang mendapatkan kekayaan dengan cara berinvestasi tanpa terlibat sehari-hari dalam bisnisnya, tanpa memiliki bisnisnya secara keseluruhan. Contohnya adalah Warren Buffet (investor saham paling kaya di dunia). Ciri-ciri orang seperti ini adalah ahli dan suka menganalisis angka-angka, punya kepemimpinan, senang mencermati tren, suka berada di balik layar, sabar, tidak emosional, suka keuntungan jangka panjang.
LORD
Orang yang mendapatkan kekayaan dengan cara mempunyai banyak bisnis. Contohnya Liem Sioe Liong (mantan konglomerat nomor satu di Indonesia). Ciri-ciri orang bertipe Lord adalah suka perhitungan, melihat peluang dimana-mana, mampu mendelegasikan, pintar memilih dan menilai orang.
(Diringkas dari seminar Stealth Wealth oleh Roger Hamilton, disadur dari Tung Desem Waringin dalam Finacial Revolution)
Langganan:
Postingan (Atom)