Saling Berbagi Pengetahuan, Pemikiran dan Cerita Terkait Agama, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Kesehatan, Lingkungan, Energi, Bisnis, Manajemen, Sosial, Budaya, Sejarah, Dll
Minggu, 11 Maret 2012
DIAGRAM ROGER HAMILTON
MECHANIC
Orang yang suka mengandalkan dan mengikuti sistem untuk menjadi kaya. Contohnya adalah Ray Kroc, pemilik McDonald. Walaupun dia bukan penemu hamburger, tetapi dialah yang menemukan cara memasarkan hamburger ke seluruh dunia, sehingga McDonald berkembang pesat hingga sebesar sekarang. Ciri-ciri orang tipe ini adalah senang detail dan tekun dalam mengikuti sistem
CREATOR
Orang yang suka menciptakan hal baru dan menjadi kaya karena hal baru tersebut. Contohnya adalah Steve Jobs, pendiri Apple Computer, Pixar Studio (creator film animasi Toy's Story), penemu iPod. Ciri-ciri orang tipe ini adalah kreatif, inovatif, suka hal baru, suka tantangan baru
STAR
Orang yang mendapatkan kekayaan karena mengandalkan keahlian atau bakat khusus yang sulit ditiru atau diduplikasi oleh orang lain, dan apa yang dilakukannya sulit didelegasikan kepada orang lain. Contohnya adalah Keanu Reeves, Celine Dion, Mohammad Ali, Ki Manteb Sudarsono. Ciri-ciri orang bertipe star adalah bakat khususnya yang sangat menonjol dibandingkan orang kebanyakan, mempunyai keahlian untuk menarik perhatian baik disadari atau tidak, senang menjadi pusat perhatian, sangat terlihat menonjol di bidangnya.
SUPPORT
Orang yang mendapatkan kekayaan karena keahliannya untuk mendukung atau memobilisasi dan mengorganisasikan dukungan, sumber daya, untuk mencapai sebuah tujuan. Contohnya adalah Jack Welch (mantan CEO General Electric). Ciri-ciri orang tipe Support adalah memiliki leadership dan kemampuan manajerial yang sangat menonjol.
DEAL MAKER
Orang yang mendapatkan kekayaan karena keahliannya untuk bernegoisasi dan mempertemukan dua kepentingan atau lebih. Contoh, Li Ka Sing (konglomerat properti Hongkong). Ciri-ciri orang dengan tipe Deal Maker adalah punya banyak teman, senang bergaul, jago meyakinkan orang, senang menjodohkan orang.
TRADER
Orang yang mendapatkan kekayaan karena keahlian berdagang. Contohnya George Soros. Banyak orang mengira bahwa George Soros adalah seorang investor, padahal dia adalah seorang pedagang sejati. Ciri-ciri orang seperti ini adalah peka tentang waktu, perhitungan, tidak malu dalam berjualan, berorientasi pada keuntungan dan suka keuntungan cepat atau jangka pendek.
ACCUMULATOR
Orang yang mendapatkan kekayaan dengan cara berinvestasi tanpa terlibat sehari-hari dalam bisnisnya, tanpa memiliki bisnisnya secara keseluruhan. Contohnya adalah Warren Buffet (investor saham paling kaya di dunia). Ciri-ciri orang seperti ini adalah ahli dan suka menganalisis angka-angka, punya kepemimpinan, senang mencermati tren, suka berada di balik layar, sabar, tidak emosional, suka keuntungan jangka panjang.
LORD
Orang yang mendapatkan kekayaan dengan cara mempunyai banyak bisnis. Contohnya Liem Sioe Liong (mantan konglomerat nomor satu di Indonesia). Ciri-ciri orang bertipe Lord adalah suka perhitungan, melihat peluang dimana-mana, mampu mendelegasikan, pintar memilih dan menilai orang.
(Diringkas dari seminar Stealth Wealth oleh Roger Hamilton, disadur dari Tung Desem Waringin dalam Finacial Revolution)
Sabtu, 21 Januari 2012
BEKERJA KERAS VS BEKERJA CERDAS
Pola pikir dan budaya kerja yang sepertinya harus mulai direview atau di-redefinisi adalah pola pikir "bekerja keras". Dalam banyak korporasi, perusahaan, lembaga pemerintahan, dan lain sebagainya, selalu didoktrinkan untuk bekerja keras agar profit perusahaan meningkat, karir segera melesat, dan bisa lebih cepat dipromosikan naik jabatan atau golongan. Kenyataannya, sistem seperti ini tidak berhasil membawa kemajuan berarti, karena permasalahan sosial malah semakin banyak bermunculan. Hasil dari kerja keras pun akhirnya banyak tersedot dalam penyelesaian permasalahan-permasalahan sosial tersebut. Kebanyakan kaum muslimin berpikir bahwa kerja keras itu adalah ibadah. Sehingga perlu dimaksimalkan. Jadi kemudian banyaklah orang-orang bekerja dengan begitu giatnya. Berangkat sebelum subuh, dan pulang hingga larut malam, untuk mendapat predikat: "Pekerja Keras".
Namun, ada satu hal yang dilupakan dalam konsep berpikir yang demikian. Memang benar bahwa bekerja adalah ibadah. Tetapi perlu diingat pula bahwa sebenarnya ibadah yang lain juga banyak, dimana masing-masing ibadah harus juga dipenuhi haknya. Jadi tidak hanya "ibadah bekerja" saja yang selalu dipenuhi, sementara ibadah yang lain ditinggalkan. Misalnya sholat jama'ah di masjid, meluangkan waktu untuk membaca ayat-ayat suci Al-Quran, manghadiri majellis ta'lim, memberikan perhatian secara langsung kepada anak dan istri di rumah, bersilaturrahmi dengan keluarga dan tetangga, dan lain sebagainya.
Apabila ditinjau ulang, apakah memang benar dengan bekerja keras, rezeki seseorang akan bertambah atau profit suatu korporasi secara keseluruhan bisa meningkat? Ini memang benar. Seperti janji Allah dalam surat Huud ayat 15:
Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. (QS. Huud : 15)
Akan tetapi, mengingat orang-orang yang berlomba-lomba mengejar dunia memiliki kecenderungan menjadi lalai atau mengentengkan pada urusan-urusan ibadah yang lain, maka akibatnya fatal. Apa yang mereka usahakan selama di dunia akan menjadi sia-sia di akhirat kelak. Padahal dunia ini adalah kehidupan sementara sedangkan akhirat adalah tempat kehidupan yang kekal dan abadi.
Selain itu, karena kelalaian pada ibadah yang lain, akhirnya kesibukan bekerja hingga lupa waktu bisa memicu timbulnya permasalahan-permasalahan sosial. Baik dalam lingkungan keluarga, atau masyarakat secara luas. Kasus "broken home", kesenjangan sosial, penurunan moralitas, kriminalitas yang meningkat, dan lain sebagainya adalah beberapa bentuk akibat yang dapat ditimbulkan.
Karenanya, mereka yang hanya menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya akan mengalami seperti yang difirmankan Allah dalam kelanjutan surat Huud ayat 16:
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan? (QS. Huud : 16)
Jadi, jangan sampai terpaku dalam konsep "bekerja keras" untuk sukses. Kita harus mulai mengusung slogan "bekerja cerdas". Seseorang yang bekerja secara cerdas akan selalu menyeimbangkan usaha untuk dunia dengan usaha untuk akhirat. Mereka mengusahakan urusan dunia, tetapi tetap tidak lalai dalam perkara akhirat. Mereka tidak terlena pada upaya bekerja keras untuk meningkatkan taraf hidup, karena mereka meyakini bahwa rezeki mereka telah ditentukan oleh Allah. Mereka bekerja sesuai dengan kewajibannya, lalu bersegera untuk memenuhi hak dari ibadah-ibadah yang lainnya.
Orang yang bekerja cerdas ada dua tingkatan atau dua level. Level pertama adalah mereka yang selalu bersyukur. Tanda-tanda orang yang seperti ini adalah gemar bersedekah dan berinfaq. Mereka yang gemar menafkahkan hartanya di jalan Allah, Allah SWT akan membalas dengan sepuluh kali lipat, bahkan bisa 700 kali lipat atau bahkan tidak terhingga.
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS Al Baqarah : 261)
Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak. (QS. Al Hadid : 18)
Pada level selanjutnya dimiliki oleh mereka yang bertakwa. Mereka sangat meyakini bahwa Allah akan selalu menunjukkan jalan-jalan kemudahan dalam urusan-urusannya. Mereka tidak pernah ada rasa takut dan khawatir akan rezeki yang akan mereka terima. Mereka selalu istiqomah. Kedekatannya dengan Allah SWT membuat masalahnya banyak yang dimudahkan untuk diselesaikan. Rezeki orang yang berada pada level ini adalah rezeki yang datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Orang yang berada pada level ini adalah orang yang hati, pikiran, ucapan dan tindakannya sangat terjaga.
Akhir kata, ada satu hal yang perlu kita ingat. Bekerja secara cerdas tidaklah semudah yang dibayangkan, karena tentunya godaan dan cobaan akan selalu datang menerpa untuk menguji konsistensi kita. Apapun yang terjadi kita harus selalu istiqomah di jalan Allah. Yakinlah bahwa Allah akan selalu menunjukkan jalan-jalan kemudahan bagi hamba-hambanya yang bersyukur dan bertawakkal.
Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (QS. Al Lail : 5-7)
Senin, 19 Desember 2011
DPD DALAM CITA-CITA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA
Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa dan budaya daerah. Membentang dari Sabang hingga Merauke, pulau-pulau besar dan kecil yang kemudian secara sosio geografis dikelompokkan menjadi 33 provinsi. Semenjak tahun 2004, aturan sistem politik ketatanegaraan Indonesia menentukan bahwa masing-masing provinsi harus mengirimkan 4 perwakilannya untuk duduk di kursi Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Lembaga ini merupakan lembaga legislatif setingkat DPR. DPD dipilih secara langsung dalam pemilu oleh masyarakat di daerah tanpa melalui sistem birokrasi partai politik. Dengan konsep bikameral (dua kamar) dalam MPR, yaitu DPR dan DPD, diharapakan keberadaan DPD dapat menjadi penyeimbang kekuatan.
Keberadaan DPD sampai sejauh ini memang belum mendapat tempat yang pas dalam sistem legislatif, karena hanya diberi wewenang untuk sekedar memberikan masukan, usulan, dan pertimbangan. Tidak mempunyai hak pengambilan keputusan dalam perumusan undang-undang seperti halnya anggota DPR. Hal inilah yang mengakibatkan peranannya belum maksimal dalam percaturan politik tanah air. Tentunya hal ini sedang menjadi bahan perjuangan para elit politik di Senayan dalam pembangunan sistem politik yang lebih mencerminkan dekmokrasi kerakyatan.
Terlepas dari proses perjuangan dalam upaya pemantapan wewenang DPD dalam peta politik nasional, sebenarnya sebagai anggota DPD tersirat sebuah misi yang mulia. Setiap anggota DPD bisa berperan aktif dalam meningkatkan persatuan dan kesatuan antar daerah. DPD bisa menjadi role model perwujudan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Seperti yang kita ketahui, setiap anggota DPD mewakili daerah masing-masing dan di Senayan, mereka bertemu dengan perwakilan dari daerah-daerah lainnya. Ini merupakan sebuah kesempatan emas. Forum DPD dapat digunakan untuk meningkatkan intensitas dan kualitas silaturrahmi antar anggota perwakilan daerah. Di dalam forum silaturahmi ini, mereka bisa saling berbagi pemikiran dan pengalaman, serta saling memberi masukan.
Cerita sukses dari suatu daerah dapat dibagi ke perwakilan daerah lainnya sehingga mereka bisa mendapatkan inspirasi dalam membuat program-program untuk memajukan daerah masing-masing. Pengalaman kegagalan program di daerah pun dapat dibagi dengan anggota DPD yang lain, sebagai bahan pembelajaran bersama, agar daerah lain tidak mengalami kegagalan serupa. Dengan saling terbuka, dan saling memberi masukan positif dalam pengembangan daerah masing-masing, maka akan tercipta hubungan yang erat antar sesama anggota DPD. Hubungan seperti ini sangat memungkinkan terbentuk, karena dalam tubuh DPD tidak ada kepentingan partai politik. Hubungan antar anggota DPD adalah murni hubungan antar perwakilan daerah, yang sama-sama ingin memajukan daerahnya masing-masing.
Jalinan hubungan yang telah dibina dengan baik ini, kemudian harus tersampaikan ke daerah masing-masing dan diketahui secara nasional. Hal ini agar rakyat di daerah mengetahui bahwasanya persatuan dan kesatuan bangsa telah terbangun di Senayan. Masyarakat tentunya akan melihat ini sebagai hal yang baik, dimana wakil-wakil daerah mereka yang ada di pusat dapat menjalin hubungan yang baik antar sesama mereka. Baiknya hubungan antar anggota DPD tentunya secara psikis juga akan dapat memberikan pengaruh dalam pembentukan hubungan antar masyarakat daerah yang lebih baik. Ini merupakan pembentukan iklim "hubungan baik" dalam skala nasional yang dimulai dari gedung MPR di Senayan.
Selanjutnya, dalam upaya nyata, anggota DPD dapat menjembatani pengarahan hubungan kerjasama antar daerah yang lebih kondusif dan terarah. Dengan modal hubungan baik antar sesama mereka, Anggota DPD dapat berperan dalam perumusan program-program kerjasama antar daerah yang saling melengkapi. Kekurangan daerah yang satu dapat dilengkapi dengan kelebihan yang ada di daerah lain, begitu juga sebaliknya. Dengan konsep pembangunan daerah yang saling melengkapi ini, maka pemerataan pembangunan dapat segera terwujud. Selain itu, anggota DPD juga harus bisa menjembatani setiap permasalahan antar daerah yang terjadi menuju penyelesaiannya. DPD bisa menjadi penengah dalam penyelesaian konflik dan permasalahan antar daerah.
Keberadaan DPD sampai sejauh ini memang belum mendapat tempat yang pas dalam sistem legislatif, karena hanya diberi wewenang untuk sekedar memberikan masukan, usulan, dan pertimbangan. Tidak mempunyai hak pengambilan keputusan dalam perumusan undang-undang seperti halnya anggota DPR. Hal inilah yang mengakibatkan peranannya belum maksimal dalam percaturan politik tanah air. Tentunya hal ini sedang menjadi bahan perjuangan para elit politik di Senayan dalam pembangunan sistem politik yang lebih mencerminkan dekmokrasi kerakyatan.
Terlepas dari proses perjuangan dalam upaya pemantapan wewenang DPD dalam peta politik nasional, sebenarnya sebagai anggota DPD tersirat sebuah misi yang mulia. Setiap anggota DPD bisa berperan aktif dalam meningkatkan persatuan dan kesatuan antar daerah. DPD bisa menjadi role model perwujudan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Seperti yang kita ketahui, setiap anggota DPD mewakili daerah masing-masing dan di Senayan, mereka bertemu dengan perwakilan dari daerah-daerah lainnya. Ini merupakan sebuah kesempatan emas. Forum DPD dapat digunakan untuk meningkatkan intensitas dan kualitas silaturrahmi antar anggota perwakilan daerah. Di dalam forum silaturahmi ini, mereka bisa saling berbagi pemikiran dan pengalaman, serta saling memberi masukan.
Cerita sukses dari suatu daerah dapat dibagi ke perwakilan daerah lainnya sehingga mereka bisa mendapatkan inspirasi dalam membuat program-program untuk memajukan daerah masing-masing. Pengalaman kegagalan program di daerah pun dapat dibagi dengan anggota DPD yang lain, sebagai bahan pembelajaran bersama, agar daerah lain tidak mengalami kegagalan serupa. Dengan saling terbuka, dan saling memberi masukan positif dalam pengembangan daerah masing-masing, maka akan tercipta hubungan yang erat antar sesama anggota DPD. Hubungan seperti ini sangat memungkinkan terbentuk, karena dalam tubuh DPD tidak ada kepentingan partai politik. Hubungan antar anggota DPD adalah murni hubungan antar perwakilan daerah, yang sama-sama ingin memajukan daerahnya masing-masing.
Jalinan hubungan yang telah dibina dengan baik ini, kemudian harus tersampaikan ke daerah masing-masing dan diketahui secara nasional. Hal ini agar rakyat di daerah mengetahui bahwasanya persatuan dan kesatuan bangsa telah terbangun di Senayan. Masyarakat tentunya akan melihat ini sebagai hal yang baik, dimana wakil-wakil daerah mereka yang ada di pusat dapat menjalin hubungan yang baik antar sesama mereka. Baiknya hubungan antar anggota DPD tentunya secara psikis juga akan dapat memberikan pengaruh dalam pembentukan hubungan antar masyarakat daerah yang lebih baik. Ini merupakan pembentukan iklim "hubungan baik" dalam skala nasional yang dimulai dari gedung MPR di Senayan.
Selanjutnya, dalam upaya nyata, anggota DPD dapat menjembatani pengarahan hubungan kerjasama antar daerah yang lebih kondusif dan terarah. Dengan modal hubungan baik antar sesama mereka, Anggota DPD dapat berperan dalam perumusan program-program kerjasama antar daerah yang saling melengkapi. Kekurangan daerah yang satu dapat dilengkapi dengan kelebihan yang ada di daerah lain, begitu juga sebaliknya. Dengan konsep pembangunan daerah yang saling melengkapi ini, maka pemerataan pembangunan dapat segera terwujud. Selain itu, anggota DPD juga harus bisa menjembatani setiap permasalahan antar daerah yang terjadi menuju penyelesaiannya. DPD bisa menjadi penengah dalam penyelesaian konflik dan permasalahan antar daerah.
Langganan:
Postingan (Atom)