Upaya pemerintah Jepang untuk melakukan reaktivasi pembangkit nuklir ini ternyata menghadapi kendala penolakan publik. Masyarakat menuntut agar Nuklir tidak digunakan lagi sebagai pembangkit energi di Jepang. Salah satu pertimbangannya adalah Jepang merupakan negara yang dilalui lempeng tektonik yang sangat rentan mengalami gempa. Bencana Fukushima juga menimbulkan trauma yang dalam bagi masyarakat Jepang.
Di sisi lain, pemerintah Jepang telah memiliki komitmen internasional untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Upaya mengaktifkan kembali energi nuklir merupakan solusi untuk mencapai target lingkungan tersebut, karena nuklir merupakan sumber energi yang bebas emisi. Menghadapi hal ini pemerintah Jepang merencanakan pada tahun 2030 setidaknya 10-11% energi listrik Jepang dipasok dari nuklir. Rencana ini pun masih terus menghadapi tekanan publik.
Selama pembangkit listrik tenaga nuklir tidak beroperasi, penggunaan sumber energi listrik lain menjadi meningkat, yakni renewable energy, minyak, batubara, dan gas alam. Minyak sebagai pembangkit listrik sempat meningkat drastis penggunaannya sesaat setelah pembangkit nuklir dinon aktifkan namun kemudian kembali ke posisi awalnya. Batubara dan Gas alam meningkat pesat peranananya untuk menggantikan tenaga nuklir. Sementara energi terbarukan mengalami perkembangan yang belum sesuai harapan.
Kesemua kondisi ini menimbulkan tanda tanya besar, seperti apakah pengelolaan energi Jepang di masa yang akan datang. Akankah Jepang dapat mengaktifkan kembali tenaga nuklir dengan teknologi baru yang aman dan dapat meyakinkan publik. Atau akankah Jepang dapat sepenuhnya beralih ke energi terbarukan dengan sukses dan menonaktifkan semua pembangkit nuklirnya seperti yang sedang dilakukan Jerman. Atau akankah Jepang meningkatkan peranan pembangkit batubara, gas alam, dan bahkan minyak dengan disertai strategi brilian dalam upaya pencapaian target pengurangan emisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan beri komentar barupa kritik dan saran yang membangun demi kemajuan blog saya ini. Jangan malu - malu!