Saling Berbagi Pengetahuan, Pemikiran dan Cerita Terkait Agama, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Kesehatan, Lingkungan, Energi, Bisnis, Manajemen, Sosial, Budaya, Sejarah, Dll
Sabtu, 07 Juni 2014
CUKUP SATU JURUS ANDALAN
Pada suatu ketika bertemulah pemuda itu dengan seorang guru beladiri keturunan Jepang. Guru itu berkata, “Maukah kamu saya ajarkan ilmu beladiri sehingga kamu bisa menjadi percaya diri dengan kekuranganmu?”
Jawab Pemuda itu dengan semangat, “Mau, saya sangat mau!”
Lalu dimulailah kelas pelajaran privat bela diri, dimana Guru mengajari Pemuda itu suatu jurus teknik kuncian. Guru meminta Pemuda itu untuk terus mengulangi teknik kuncian itu sampai mahir. Berminggu-minggu lamanya Pemuda itu mengulangi dan mengulangi kembali teknik kuncian itu. Hingga pada minggu ke 16, Pemuda itu telah merasa dirinya sangat mengusasi satu jurus kuncian itu. Ia pun berkata kepada Gurunya, “Guru, saya sudah sangat menguasai jurus teknik kuncian yang Anda ajarkan, tolong ajarkan saya jurus yang lain.”
Gurunya menjawab, “Praktikkan jurus itu lagi, sekarang lakukan dengan lebih cepat dan lebih bertenaga!”
Lalu pemuda itupun menuruti kemauan Guru. Setelah beberapa minggu, pemuda itu berkata kepada guru, “Guru, saya sudah ahli.”
Guru menjawab, “Benarkah demikian? Maka kamu bisa mempraktikkan keahlianmu dengan lawan tandingmu”.
Ternyata si Pemuda berhasil mengalahkan lawan tandingnya dengan menggunakan jurus kuncian itu secara sempurna. Guru puas melihatnya.
“Baiklah, sekarang kamu akan saya ikutkan dalam kompetisi beladiri.”
Si Pemuda kaget, “Tapi Guru, saya khan baru menguasai satu jurus!”
“Tidak Masalah”, jawab Guru dengan tegas.
Dan dimulailah kompetisi beladiri tersebut. Ternyata satu-persatu si Pemuda berhasil mengalahkan lawan-lawannya dengan mudah hanya berbekal satu jurus tersebut. Ketika si Pemuda mulai pesimis karena dia hanya memiliki satu jurus, maka Guru akan selalu mengatakan padanya, “Tetaplah konsentrasi pada jurusmu, lakukanlah dengan lebih cepat dan lebih bertenaga!”.
Lalu tidak disangka, si Pemuda ternyata lolos ke final dan akan berhadapan dengan juara bertahan tujuh kali berturut-turut. Si Pemuda kali ini benar-benar was-was.
“Guru, tolong ajari saya jurus yang baru, karena sampai sejauh ini saya hanya mengulagi terus jurus kuncian ini, tentunya jurus ini sudah bisa dibaca oleh si juara itu, bagaimana saya bisa melawannya apabila saya tetap menggunakan jurus ini?!”
Gurunya menjawab, “Tidak, kamu tetaplah menggunakan jurus kuncian itu, hanya lakukan lebih cepat dan lebih bertenaga lagi!”
Dan ketika si Pemuda menghadapi juara bertahan itu di final, ternyata dia mampu mengalahkannya. Lagi-lagi dengan menggunakan jurus kuncian yang sama.
Dengan kemenangan ini, maka si pemuda larut dalam kegembiraan. Benar-benar tidak disangka. Pesta perayaan kemenangannya pun diselenggarakan dengan meriah. Keluarga dan rekan-rekan si Pemuda, semuanya ikut merayakan kemenangan itu.
Ketika pesta perayaan kemenangan itu selesai, maka si Pemuda bertanya kepada Gurunya, “Guru, saya benar-benar tidak habis pikir, bagaimana saya bisa memenangkan kompetisi beladiri itu hanya dengan satu jurus?”
Guru tersenyum padanya. Lalu dia berkata kepada si Pemuda, “Ada dua hal yang menyebabkan kamu bisa memenangkan kejuaraan itu. Pertama, teknik kuncianmu itu adalah teknik kuncian yang paling hebat di dunia, apalagi kamu berhasil menerapkannya dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa. Kedua, teknik kuncianmu itu sebenarnya memiliki kelemahan, tetapi untuk menyerang kelemahan jurus ini, lawan-lawanmu harus memegang tangan kananmu, tetapi kamu tidak memiliki tangan kanan…!!!”
Kisah ini mengajarkan kita bahwa kekurangan yang ada pada kita justru bisa menjadi kekuatan, apabila dipoles dengan suatu jurus yang pas. Apabila kita tidak bisa mengetahuinya atau melihatnya, carilah orang (Guru) yang bisa menunjuki kita caranya.
Diambil dari buku Marketing Revolution karya Tung Desem Waringin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan beri komentar barupa kritik dan saran yang membangun demi kemajuan blog saya ini. Jangan malu - malu!